Dengan berupaya menjadi orang baik dan melakukan yang terbaik, maka kebaikan itu akan selalu ada disekitar kita. Sehingga tak perlu kesempurnaan untuk bisa berbahagia. Karena bahagia sesungguhnya adalah ketika kita melihat apapun secara sempurna.

Rabu, 25 April 2012

TRANSFORMASI GERAKAN MAHASISWA

Dalam sejarah pergerakan mahasiswa masi terlihat banyak persoalan yang terjadi di ruang lingkup akademis itu sendiri, tetapi hal ini tidak pernah disikapi oleh kawan-kawan mahasiswa yang mengatakan dirinya adalah agen of change (sang pembaharu), mereka hanya bisa menjerit sakit dan berteriak dalam hati mereka tetapi mereka tak berteriak melalui mulutnya, akankah mahasiswa harus terus seperti ini ???

Setiap derap langkah kaki mahasiswa selalu melekat dalam dirinya sosok terang yang mampu menyinari sinar redup dalam diri rakyat kecil, akan tetapi sinar terang yang menjadi harapan rakyat dalam diri mahasiswa itu mulai pupus dan menghilang entah kemana, mungkinkah mahasiswa mulai kehilangan arah dan jati dirinya sebagai mahasiswa ataukah mahasiswa tidak lagi mengetahui Tri Darma Perguruan Tinggi yang mana (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat). Di dalam Tri Darma Perguruan Tinggi sudah begitu jelas, akan tetapi mahasiswa tidak lagi memandang tentang hal itu, mahasiswa hanya bisa bermain dengan pemikiran-pemikiran luar yang menguntungkan kelompok. Kepentingan yang menjastifikasi dirinya adalah Nabi Sosial, akankah mahasiswa harus tetap dengan pemikiran luar yang menyesatkan ???

Dunia mahasiswa memang penuh dengan romantika, dimana besar kecilnya akan memberi pengaruh terhadap karakter dan kecenderungan mereka. Keadaan ini secara potensial dapat membawa mahasiswa menuju pada suasana yang sebenarnya tidak bernuansa, bingung akan orientasi serta aksinya. Sebab lingkungan tempat mereka berada sedang digempur oleh beraneka ragam cara dan gaya hidup (life style) yang sepintas lalu tampak lebih menjanjikan “kebahagiaan”. Disini letak masalahnya, arah-arah kesadaran mahasiswa telah dialihkan dari masalah-masalah aktual  yang bergojolak di masyarakat menuju pada suatu keinginan untuk lebih memperoleh kepuasan jiwa lewat pemenuhan hasrat yang sifatnya instant.

Inilah realita mahasiswa saat ini. Mahasiswa yang jauh dari budaya membaca, diskusi, berfikir, dan aksi. Mahasiwa yang tidak lagi peduli dengan ketimpangan sosial disekitarnya. Mahasiswa yang hanya disibukan oleh kepentingan pribadi bahkan menjadi berhala materialisme. Mahasiswa yang lupa bahwa di negrinya masih terdapat 36,7 juta jiwa yang hidupnya di bwah garis kemiskinan, tidaK punya ruma dan hanya tidur beratap kan langit dan beralas kan tanah di pinggir-pinggir jalan

Hilangkan budaya bumkam, apatis dan pragmatis. Kaji fakta masalah secemerlang mungkin dan beri solusi atas masalahtersebut. Katakan masalah meski itu pahit, katakan kebenaran walaupun itu sakit.
Sikap maupun tindakan seseorang sangat di tentukan oleh pemekirannya, sehingga dengan merubaah cara berpikir inilah kita dapat memastikan perubahan sikap pada orang lain. Rekontruksi pemekiran mahasiswa adalah hal yang paling urgen untuk memulai proses kebangkitan dan membangkitkan taraf kehidupan masarakat. Sebab merekalah yang kelak akaan menjadi generasi penerus pendobrak perubahan dan pembangunan di negeri yang sedang terjajah oleh himpitan persoalan hidup. Intervensi asing dan krisis multidimensi yang belum memperlihatkan indikasi penyelesaian.

Hal ini tidak boleh di biarkan terus berlarut, diperlukan upaya yang keras untuk membangkitkan kesadaran yang terpendam oleh mahasiswa sebagai kontrol sosial. Disinilah letak tugas dan tanggung jawap lembaga-lembaga mahasiswa dalam mewadahi dan menyuguhkan pendidikan politik bagi mahasiswa. Hal ini tentunya harus di awali dari reidologisasi lembaga-lembaga mahasiswa itu sendiri. Lembaga-lembaga mahasiswa harus memiliki paradigma dan orientasai yang jelas dalam menyusun arah strategi pergerakan yang mengenah pada episentrum masalah, disamping itu wajib memahami peta polotik dan sosiologi yang ada di tengah masarakat. Sehingga arah gerak yang hendak dituju tidak menjadi kabur.

Di samping itu juga, dikotomi negatif yang justru menjadi pemicu rasa antipati antara pergerakan ekstra dan intra kampus harus segera dihilangkan. Keduanya harus saling bekerjasama untuk membangun dan merumuskan arah perubahan yang akan dituju yakni perubahan yang bersifat fundamental dan mengenai esensi persoalan. Untuk itu diperlukan sebuah mainframe yang menjadi sandaran gerak aktivitas mahasiswa.

Yang tidak kalah pentingnya, lembaga-lembaga mahasiswa harus menjaga kedekatannya dengan para ”mahasiswa awam”. Aktor pergerakan tidak boleh hanya dibatasi pada tingkat elit mahasiswa, yang hal ini justru akan memandulkan potensi raksasa mereka. Wilayah akar rumput harus disentuh melalui program kerja yang diprioritaskan pada pembentukan cara berfikir yang kritis dan ideologis bagi para mahasiswa. Melalui solidaritas serta program-program kerja yang konstruktif bagi pembentukan kesadaran politik mahasiswa, hal ini diharapkan dapat menjadi titik awal yang baik untuk meretas proses perubahan sosial yang benar-benar hakiki.


             


0 komentar:

Posting Komentar

Berilah komentar Anda