Rabu, 14 November 2012
Jumat, 12 Oktober 2012
Panas setahun dihapus Hujan sehari
Jumat, Oktober 12, 2012
No comments
Mungkin kami terlalu berlebihan membanggakanmu, tapi itulah pertama
yang kami rasakan ketika mengenalimu. Sikap dan tutur sapamu begitu
indah, mampu memberi kesan tersendiri bagi kami.
Perhatianmu kepada
kami, tak seperti dengan orang-orang terdekatmu, kamu begitu beda dengan
mereka. Masalah begitu sulit, penuh dengan teka-teki yang tak mampu
kami pecahkan, dengan senang hati serta kesabaran, kamu mampu
mengarahkan kami untuk memahami dengan sebaik-baiknya.
Kami sangat
senang ketika bertemu kamu, tak pernah merasa jenuh, seulas senyummu
mampu menentramkan hati kami.
Waktu terus berlalu tanpa terasa ada yang
berubah dari mu dan dari sekian banyak kebaikan yang kamu berikan kepada
kami terasa hilang sekejap pada peristiwa itu.
Sungguh kami tak mampu
mendefinisikannya, hanya bisa diam dengan beribu pertanyaan yang terus
menghantui kami. Kami tak tahu apa maksudmu, namun yang kami tahu, pasti
kamu bisa merasaka
n apa yang kami rasakan juga saat ini.
#Sebuah renungan yang belum be rakhir pada lintasan kerikil berduri.
Senin, 01 Oktober 2012
Sendiri Dalam Lamunan
Senin, Oktober 01, 2012
No comments
Hidup, setiap yang bernyawa pasti mengalaminya. Suka dan duka menjadi kisah tersendiri dalam hidup. Pertemuan itulah langkah awal saling mengenal antara satu dengan yang lain, entah kesan seperti apa ketika bertemu, namun tak dapat dipungkiri perpisahan yang akan menjadi batas pada pertemuan itu.
Enam bulan berlalu, menandakan satu semester telah usai. Sebelum itu aktivitas keseharian ke kampus bergelut dengan buku dan komputer tanpa rasa jenuh karena selalu dihibur oleh canda dan tawa teman-teman yang lain.
Aku begitu bahagia serta bersyukur kepada Dia sang Pencipta karena telah mempertemukan ku dengan mereka yang bisa ku jadikan teman, sahabat, dan saudara dalam hidup ku.
Matahari terbenam meninggalkan siang, bertanda malam telah tiba. Sejuta kisah dalam setiap detik hari ini akan menjadi sejarah dikemudian hari.
Seperti biasanya sendiri di malam hari, bukan sepi menghantui bukan pula keramaian yang dirindukan, namun sendiri dalam lamunan menghadirkan wajah orang-orang dicintai dalam dimensi bayangan semu yang tak dapat disentuh dengan jemari tanganku.
(Juan)
Minggu, 23 September 2012
Senin, 06 Agustus 2012
Kata-kata Bijak yang Koplak, Menyesatkan! Dasar Koplak
Senin, Agustus 06, 2012
3 comments
Kemampuan yang paling hebat, dan juga paling mengerikan dari para
filsuf, sastrawan, dan penulis amatiran (seperti saya), adalah merangkai
kata-kata.. Kemampuan persuasi, yang bisa membuat hal-hal yang
sebenarnya koplak, terlihat bijak.. Suatu hal-hal yang jelas salah pun,
akan bisa terlihat luar biasa benar, luar biasa masuk akal lengkap
dengan argumen yang indah dan berbunga-bunga, yang kedengarannya muncul
dari seorang bijak berjanggut yang sedang bersemedi di bawah pohon,
lengkap dengan kicauan burung di latar belakang..
Kata-kata bijak berikut ini, saat pertama anda membacanya, anda
mungkin akan manggut-manggut setuju, hati anda tersentuh, bahkan mata
anda akan berkaca-kaca sambil menghela napas panjang sambil membatin:
‘iya juga yaa..’ Benarkah itu bijak? Yuk kita kritisi..
“Kita tidak perlu menghakimi keburukan orang lain.. Biarlah itu
urusan dia dengan Tuhannya.. Hanya Tuhan yang tahu mana yang paling
benar. Hanya Tuhan lah yang berhak menghakimi, di akhirat kelak..”
Wow, wow, wow, tunggu dulu.. Jika saja hanya Tuhan yang berhak
menghakimi, mari kita bubarkan semua lembaga peradilan, karena manusia
tidak berhak menghakimi bukan? Mau orang korupsi, mencuri, menjadi gay
dan lesbian, menghina agama, bahkan membunuh orang lain, biarkan saja..
Toh kita tidak berhak menghakimi orang lain kan? Hanya Tuhan yang
berhak. Jadi jika ada polisi yang coba mendenda kita karena buang
sampah atau merokok sembarangan di Singapura, tampar saja si sok tahu
itu, dan katakan: “hanya Tuhan yang berhak menghakimi saya!!” Jika kita
hanya membiarkan Tuhan yang mengadili semua keburukan-keburukan manusia
di dunia, kita tidak perlu hukum lagi, dan mari kita kembali ke zaman
batu (bahkan manusia zaman batu pun punya peraturan). Atau kita ikuti
saja kata-kata teman saya: “Lemah teles, Gusti Alloh seng mbales..”
“Kenapa kita ribut-ribut masalah yang sepele sih? Pornografi
diributin, penulis buku yang mempromosikan lesbi dihalangin.. Lady Gaga
diributin.. Mendingan urusin tuh koruptor, mereka yang lebih berbahaya
bagi bangsa kita ini..”
Weks.. Ini sih sama saja dengan: “Ngapain kita tangkap orang yang
nyolong sandal, tuh yang maling motor aja dikejar..”. Lha perbuatan
buruk, besar atau kecil, tetap harus dihalangi.. Jika orang tersebut
menentang pornografi, bukan berarti dia diam saja terhadap koruptor kan?
Bukankah lebih baik kita menjaga dari keduanya.. Katakan: say no to
pornografi dan korupsi! Dua-duanya, menurut saya, cepat atau lambat,
akan menghancurkan negara ini.. bahkan masyarakat barat sendiri pun
cukup resah dengan pornografi, koq malah kita mendukungnya?
“Tuhan itu maha kuasa, maha agung, maha besar. Jadi ga perlu
dibela. Jika kalian membentuk gerakan untuk membela agama, itu sama saja
dengan kalian melecehkan kekuasaan dan kekuatan Tuhan. Tuhan ga perlu
dibela..”
Weleh, tunggu sebentar.. Organisasi-organisasi agama yang dibentuk
selama ini, dari agama manapun, didirikan untuk membela Tuhan, atau
untuk kepentingan para pemeluk agama? Organisasi tersebut dibentuk untuk
mengurusi, menyuarakan, dan mengakomodasi kepentingan para
penganutnya.. Jika organisasi tersebut bertujuan melindungi kepentingan
para anggotanya, kenapa dituduh sedang berusaha membela Tuhan? Saya koq
tidak ingat ada organisasi agama yang visi dan misi organisasinya
adalah: “untuk membela Tuhan di muka bumi..”
“Kenapa sih anti banget dengan seks bebas? Anti banget dengan rok
mini? Padahal diam-diam toh suka nonton film porno, doyan seks juga,
suka melototin paha juga.. Dasar otaknya aja yang kotor.. Bersihin tuh
otaknya, jangan urusin pakaian orang lain.. Kalau otaknya bersih dan
imannya kuat, mau ada yang telanjang di depannya juga ga akan tergoda..
Gak usah munafik dan sok suci deh..”
Lhaaa… Sebentar… Kelompok yang anti seks bebas bukan berarti mereka
ga doyan seks ya.. Yang menjadi penentu adalah bagaimana cara kami
menyalurkan hasrat kami.. Kami tentu saja suka seks, menikmati seks,
tapi dengan pasangan kami, dengan cara yang bertanggung jawab.. Seks
merupakan rahmat Tuhan, tapi nikmatilah secara bertanggung jawab.. Jika
kami memang maniak seks yang suka meniduri semua makhluk yang berkaki
dua, tentu saja kami dengan senang hati mendukung seks bebas.. Itu
berarti kami makin bebas meniduri berbagai macam wanita tanpa harus
pusing mikirin pampers dan susu, karena, dengan menyebarnya paham seks
bebas, makin banyak wanita yang bersedia kami manfaatkan (dan kami
tiduri), kemudian kami tinggalkan setelah puas..
Otak kami yang kotor? Ayolah, jika saja para lelaki diciptakan tanpa
nafsu, maka sudah lama manusia punah.. Sudah kodratnya laki-laki akan
tergerak nafsunya jika melihat paha wanita.. Jika ada lelaki yang dengan
gagah berani bilang tidak tergerak nafsunya saat melihat paha wanita
cantik, itu hanya omong kosong agar semakin banyak wanita yang
memamerkan pahanya dengan senang hati.. Rok mini, memang diciptakan
untuk memancing perhatian (dan nafsu) para lelaki.. Jika kami memang
berfikiran kotor dan tak bisa menahan iman, tentu kami akan turun ke
jalan untuk mendukung semua wanita memakai rok mini.. Makin banyak
wanita yang bisa memuaskan nafsu kotor kami.. Jadi, siapakah yang
berfikiran kotor dan tidak bisa menahan iman? Para lelaki yang menentang
rok mini, atau pendukungnya? Para penentang seks bebas, atau
pendukungnya?
Propaganda, seringkali seperti pelacur, menggunakan riasan tebal dan indah untuk menutupi kebusukan di baliknya..
Saya pernah tinggal di kos-kosan di Yogya, yang anak-anaknya terdiri dari berbagai macam aliran: agnostik, atheis, kejawen, liberal, penyembah keris, bahkan ada begitu bingung, sehingga akhirnya mengaku sebagai komunis relijius…
Dengan beragamnya fikiran yang pernah kami perdebatkan, diiringi
menyeruput kopi dan menghisap rokok, fikiran saya dijejali dengan
berbagai macam aliran lengkap dengan argumen yang luar biasa indah..
Mungkin itu yang membuat saya jadi terlatih mengasah logika, sambil
garuk-garuk kepala, dan selalu mencoba melihat jauh ke balik kata-kata
nan indah itu.. Nih, kata-kata bijak yang lagi trend saat ini:
“Lady Gaga koq diributin.. Apa bedanya dengan yang sudah ada di Indonesia? Penyanyi Indonesia juga banyak tuh yang seronok. Tuh penyanyi dangdut seronok masuk sampai ke kampung-kampung, ditonton anak-anak. Jika mau adil, yang seperti itu juga dilarang dong..”
Lha para pendukung kebebasan itu memangnya selama ini mendukung pelarangan pornografi sampai ke kampung-kampung? Dulu saat Inul banyak yang menentang, kaum liberalis juga menggunakan dalil yang sama: ‘yang lain juga dilarang doong’. Protes soal chef Sarah Quin (betul ga ya namanya?), juga ditentang dengan alasan: ‘dia ga sengaja tampil seronok koq’. Jika tempat-tempat maksiat digerebek, katanya menghalangi orang cari nafkah. Jika penyanyi dangdut seronok itu diprotes masyarakat sekitar, dijawab: urus dosa masing-masing, kalau ga suka ya ga usah nonton.. Bahkan di saat semua itu berusaha dikurangi dengan UU Anti Pornografi dan Pornoaksi, banyak yang menjerit-jerit: “jangan memasung kebebasan berekspresi!” Intinya kan sebenarnya: “Jangan larang kami melakukan pornografi dan pornoaksi, di tingkat manapun! Mau kami menari bugil sambil mutar-mutarin baju di atas kepala di genteng rumah kami, yo jangan protes!” Jadi, kenapa membanding-bandingkan Lady Gaga ama Keyboard Mak Lampir? (julukan para pedangdut seronok di daerah kami..). Toh dua-duanya sebenarnya kalian dukung, atas nama kebebasan berekspresi? Kami, malah sedang berusaha menentang dua-duanya..'
“Kita hidup dlm masyarakat yg sangat plural, sehingga setiap individu hendaknya bebas memilih & menjalankan apapun prinsip hidupnya (termasuk mendukung Irshad Manji atau Lady Gaga), lalu semuanya saling menghormati dlm segala perbedaan pilihan tsb”
Hmm.. Bijak dalam teori, kacau balau dalam praktek. Jika saja semua individu bebas menjalankan prinsip hidupnya, maka kita ga perlu nunggu suku Maya meramalkan akhir dunia. Bisa dibayangkan, jika banyak orang yang mendukung Sumanto, lalu menjalankan prinsip hidupnya sebagai kanibal, maka ayam goreng Kentucky ga bakal laris lagi, dan banyak orang yang nenteng-nenteng pisau daging dan botol merica di jalanan.. Atau, jika banyak orang yang mendukung Amrozi, kemudian menjalankan prinsip hidupnya sebagai pelaku bom bunuh diri, maka terminal bus way yang paling sesak pun akan bubar dalam 5 detik (termasuk penjaga tiketnya) begitu ada lelaki menyandang ransel datang mendekat..
Ya, ya saya tahu.. Argumen saya di atas pasti akan berusaha dimentahkan dengan argumen: “yang penting kan ga merugikan kalian” dalam bentuk kata-kata bijak nan koplak berikut:
“Apa salahnya dengan pornografi? Atau lesbi? Atau perbuatan-perbuatan maksiat lainnya? Toh ga merugikan anda. Jika anda tidak suka, ya ga usah ditonton, ga usah diikuti. Jika takut anak anda terpengaruh, ya perkuat pendidikan iman anak-anak anda. Kalau iman sudah kuat, mau 1000 Lady Gaga datang ke Indonesia, iman kita (dan anak-anak kita) tidak akan terpengaruh..”
Hellooo.. Kita memang makhluk individu, tapi kita juga makhluk sosial. Setiap tindakan kita, sekecil apapun, akan berpengaruh terhadap lingkungan kita. Contoh gampangnya, kenapa kita protes sama tetangga kita yang buang sampah ke kali? “Toh sampahnya sampah dia sendiri (ya mana mungkin dia dengan ikhlas buangin sampahnya ente), kalinya bukan milik mbahmu, lantas kenapa ente yang sewot?” Lha memangnya kalo banjir, banjirnya muter-muter dulu cari siapa bajingan yang membuang sampah, lalu terus menyerbu menggenangi rumah tetangga anda saja sampai setinggi kepala?
Ok kita tidak suka perbuatan-perbuatan maksiat, dan kita berhasil menghindarinya. Lalu kita juga menanamkan iman yang kuat ke anak-anak kita, dan juga berhasil. Dan kita teriak ke luar sana: “Maree seneee Lady Gaga, Freddy Mercury, Jhon Kei dan Mak Lampir jadi satu!! Iman saya dan keluarga saya dah kuat koq!” Tapi sekian tahun ke depan, tiba-tiba ada anak tetangga kita yang kecanduan pornografi, lalu tidak tahan, dan akhirnya memperkosa anak perempuan kita.. Atau ada orang yang mabuk karena alkohol dan narkoba, lalu menabrak seluruh keluarga kita yang sedang jalan-jalan di trotoar.. Atau anak perempuan kita hilang, diculik sindikat yang menjualnya ke prostitusi.. Atau anak lelaki anda disodomi keluarga jauh anda.. Atau seorang pecandu merampok dan membunuh anda karena butuh uang untuk beli sabu.. Sama seperti banjir, ekses negatif dari perbuatan maksiat, tidak akan pernah pilih-pilih siapa korbannya, baik anda berbuat maksiat atau tidak..
Benar, bahwa kita tidak salah 100%, tapi, sebenarnya, kita tetap punya andil dalam hal itu. Kita sukses memperkuat iman keluarga kita, tapi kita abai dengan lingkungan kita. Itulah kenapa dalam Islam ada seruan: “amar makruf, nahi munkar”. Menyeru kepada kebajikan, mencegah kemungkaran. Jika kita mengabaikan kemunkaran di lingkungan kita, dengan prinsip: “urus dosa masing-masing”, yakinlah, cepat atau lambat, kita akan memetik hasilnya…
Masih enggan untuk amar makruf nahi munkar?
“Beri saya 10 media massa, maka saya akan merubah dunia..”
Saat ini, sungguh naif jika kita percaya media mainstream akan memberikan opini yang netral dan berimbang terhadap semua hal. Mereka akan memberikan opini yang sesuai dengan kepentingan sang pemilik (gimana kalo pemiliknya adalah Ryan Jagal?). Sungguh sangat berbahaya jika kita menganggap semua yang diberitakan media adalah berita yang 100% benar, tanpa berusaha mengkritisi dan mencari berita dari sudut pandang lain sebagai penyeimbang. Yuk, kita kritisi kata-kata bijak penutup ini..
“Menonton atau membaca pornografi, kekerasan, atau apapun tidak akan mempengaruhi saya. Toh semua manusia dibekali filter untuk menyaring, dan otak untuk berfikir. Jadi mau saya baca atau tonton ribuan kali pun , tidak akan merubah pendirian saya.. Satu kali nonton konser lady Gaga tidak akan membuat yg nonton jd pemuja setan dan lesbian kan?”
Hohohoho.. Yuk kita bandingkan keadaan sekarang dan keadaan 20 tahun yang lalu, tahun 80-90an. Zaman dulu, seks bebas di Indonesia masih sangat sedikit jumlahnya. Untuk kaum remaja saat itu, bergandengan tangan di depan umum saja, sudah menimbulkan ledekan yang membuat sang pelaku ingin menceburkan diri ke selokan terdekat. Lihat anak-anak sekarang? Mungkin anda sendiri yang dengan sukarela akan menceburkan diri ke selokan terdekat saat melihat gaya mereka berpacaran. Bahkan sekarang mereka dengan senang hati menyebarkan prilaku mereka dalam bentuk video yang jumlahnya mulai menyaingi produksi film porno Amerika dalam setahun.. Kenapa bisa bergeser? Apa anda kira para orang tua dan guru lah yang menanamkan dogma: “Anakku, kamu harus rajin-rajin seks bebas yaa, biar dapat rangking.. Yuk kita memasyarakatkan seks bebas dan menseks bebaskan masyarakat..”?
Jadi, siapa yang mengajari mereka? Jawabannya sederhana: media massa. Selama berpuluh-puluh tahun mereka menggempur otak bawah sadar kita dengan berbagai film, buku, berita, cerita, sinetron, dan lain-lain yang secara sangat halus menyiratkan: “Seks bebas itu hal yang biasa aja cooy.. Anak gaul, malu dong jika masih perawan di usia 18. Tuh, banyak artis idola kamu yang melakukannya.” Memang benar 1000 kali membaca, atau 1x nonton Lady Gaga belum tentu merubah kita.. Tapi, pesan-pesan itu ditanamkan selama berpuluh-puluh tahun, dalam bentuk jutaan pesan per tahun, dari berbagai arah, terhadap anda dan keluarga anda. Yakin anda dan keluarga anda tidak terpengaruh sedikitpun?
Siapa yang paling mudah bobol? Tentu saja anak anda. Anda kira, kenapa iklan McDonald dan rokok mengarah kepada anak-anak dan remaja? Karena merekalah berada dalam fase yang labil dan paling mudah dipengaruhi, dibandingkan orang tuanya. Saat mereka menjadi dewasa dan lebih bijaksana, rokok, junkfood dan seks bebas itu sudah menjadi kebiasaan mereka, candu mereka, sehingga mereka akan sangat sulit meninggalkannya, walau akhirnya paham kerusakan macam apa yang ada dibaliknya.
“Tetap ngga ngaruh maaas, iman gue kan KW1″ Mungkin. Tapi, sedikit banyak, anda akan terpengaruh. Anda akan menjadi permisif: “Biar ajalah orang lain melakukannya, yang penting aku tidak.. Toh banyak yang melakukan, dan itu bukan urusanku”. Itulah yang menjadi target selanjutnya: menanggalkan kontrol sosial anda.. Jika laju ‘cuci otak’ ini terus berlanjut, sepuluh tahun ke depan, jangan heran jika akhirnya kitalah yang mengekspor video porno ke Amerika dan masyarakat Amerika lah yang nonton konser Iwak Peyek Tour 2022..
“Jangan melihat siapa yang mengatakan dong. Kalau mau mengkritisi, kritisi gagasannya, kata-katanya, fikirannya. Jangan kritisi pribadi dan kelakuannya (bahasa alaynya: ad hominem).”
Oalaaah.. Saya beri contoh kasus ringan. Misalnya, kata-kata ini diucapkan dua orang yang berbeda: “Saya akan memajukan bangsa Indonesia. Saya akan berjuang menciptakan budaya bebas korupsi, pola hidup sederhana, dan mengikis habis kebohongan birokrat dan legislatif” Yang pertama, diucapkan oleh Buya Hamka. Satu lagi, diucapkan Angelina Sondakh. Saya rasa, yang pertama membuat anda manggut-manggut percaya, dan yang kedua membuat anda setengah mati menggigit bibir, lalu terguling karena tertawa terbahak-bahak.. Kenapa kata-kata yang sama persis, dengan nada sama persis, tapi diucapkan oleh dua orang yang berbeda, hasilnya bisa berbeda? Setiap kata-kata, sebijak apapun, selalu ada motif dibaliknya. Dan motif itu, sangat terkait dengan pribadi orang yang mengucapkannya. Jadi, kenapa kita tidak boleh mengkritisi pribadi yang mengucapkannya?
Jika anda ingin minta pendapat tentang gaya rambut, anda bertanya kepada penata rambut, atau ke tukang las? Jika saya bilang “lha masa tukang las mengerti soal gaya rambut”, apa itu ad hominem?
Kasus Irshad Manji adalah contoh lain yang gamblang tentang hal itu. Dia dibesar-besarkan media sebagai seorang reformis muslim yang berusaha mencerahkan umat Islam. Tapi di dalam bukunya, ia membantah prinsip-prinsip Islam sendiri dengan cara mempromosikan lesbian, gay dan transgender, menghina jilbab, bahkan meragukan kesempurnaan Al Quran.. Jika kita mengkritisi pribadinya yang lesbian (dan tentu saja ia akan berjuang keras agar lesbian dihalalkan dalam Islam) dan mengkritisi sikapnya yang meragukan Al Quran, di mana salahnya? Bukankah kita memang selalu menilai siapa yang berbicara, bukan hanya apa yang ia ucapkan? Bagaimana mungkin dia seorang muslim, jika ia meragukan Al Quran? Itu kan sama saja dgn ia mengaku lesbian, sambil menyatakan lagi jatuh cinta dgn Rhoma Irama.. Lha kenapa jika kami meragukan keislamannya, tiba-tiba muncul teriak-teriak histeris “Ad hominem! Ad hominem!?”
Nah, kata bijak terakhir ini, mungkin adalah yang paling masuk akal, dan paling sulit dibantah. Tapi mungkin juga, inilah kata-kata bijak yang paling koplak..
“Di masyarakat yang plural ini, janganlah ada pemaksaan kehendak. Biarlah setiap orang melakukan pilihannya sendiri, tanpa paksaan. Sesuatu yang dipaksa itu pasti tidak baik. Nilai yang dianut setiap orang berbeda, jadi jangan paksakan nilai yang kamu anut terhadap orang lain.. Jangan jadi tirani mayoritas..”
Sulit membantahnya kan?
Pertama-tama, saya tanya dulu: apakah sebagian besar dari kita memang dengan sukarela masuk kerja jam 8 dan pulang jam 5 atau bahkan lembur? Apakah memang kita yang memohon-mohon agar jatah cuti kita setahun cukup dua minggu? Apa anda memang luar biasa ikhlas dengan jumlah gaji anda sekarang? Jika tidak, kenapa anda tidak coba mengatakan kepada atasan anda sekarang:”Maaf pak, sebenarnya saya menganut paham bahwa kerja itu hanya 3 jam sehari, cuti 6 bulan dalam setahun, dengan gaji minimal 30 juta. Jadi, jangan paksakan kehendak bapak..”
Apa anda dulu saat remaja belajar dengan sukarela, ikhlas bin legowo?
Semua hukum dan undang-undang, apalagi dalam alam demokrasi, pada prinsipnya, adalah pemaksaan kehendak, dari sebagian besar masyarakat yang sepakat, kepada masyarakat lainnya yang tidak sepakat. Memangnya semua orang setuju dengan UU tentang Narkotika? Atau UU tentang Korupsi? Atau bahkan UU Pajak? Apa anda kira semua wajib pajak memang sudah gatal setengah mati ingin membayar pajak sebesar itu? Lha kenapa kaum liberal ga pernah menjerit-jerit di jalanan: “Jangan paksakan kehendak! Biarkan mereka bayar pajak seikhlasnya..”
Jadi kenapa, saat ada penduduk di suatu daerah setuju untuk memberlakukan perda anti prostitusi, perjudian dan miras, dengan hukuman cambuk bagi pelakunya, kaum liberal tiba-tiba lantang berteriak “Itu melanggar HAM!”. Anda kira memenjarakan orang itu tidak melanggar HAM nya untuk hidup bebas merdeka? Dan kenapa, ketika RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi berusaha disahkan, tiba-tiba saja prinsip demokrasi berdasar suara terbanyak dianggap sebagai tirani mayoritas? Jika memang begitu, ga ada salahnya dong jika para pecandu narkoba dan miras ramai-ramai naik xenia untuk demo di jalanan dan berteriak “Jangan jadi tirani mayoritas! Kalian sudah melanggar HAM kami untuk ajeb-ajeb sampai pagi..”.
Jika saja setiap undang-undang harus disepakati semua orang dulu baru bisa disahkan, maka kita tidak akan pernah punya undang-undang satu pun. Yang tidak boleh, adalah memaksa dengan kekerasan. Jika sudah banyak yang setuju, dan memang UU itu demi kebaikan bersama (sama seperti kita dipaksa belajar saat remaja), di mana salahnya?
Penutup
Jujur, saya tidak membenci orang-orang liberal. Beberapa teman-teman dekat saya adalah orang liberal. Dan saya tahu, beberapa dari mereka, memang yakin bahwa yang mereka perjuangkan adalah demi kebaikan bangsa.. Tapi, banyak juga di antara mereka yang hanya ingin menciptakan lingkungan yang tepat, untuk melampiaskan nafsu mereka..
Tapi, saya koq sama sekali tidak sreg melihat arah menuju kebebasan yang mulai sangat kebablasan ini. Lihat generasi muda kita. Terus terang, jika melihat gang motor melintas yang membuat saya ngeri, video porno remaja yang terbit seminggu sekali, anak-anak SD di warnet yang saling memaki sambil mendownload lagu “selinting ganja di tangaaan…”, remaja yang membentak ibunya, siswa SMP menjual diri demi beli handphone, dan penjual narkoba yang jauh lebih banyak daripada indomaret, saya kadang-kadang pingin kemas-kemas dan pesan tiket ojek sekali jalan ke Timbuktu. Bukan ini lingkungan yang saya bayangkan bagi saya dan anak-anak saya kelak.. Dan saya bisa bayangkan masa depan negara kita jika para remaja yang seperti ini yang menjadi para pemimpin kita kelak..
Lantas apa yang bisa kita lakukan? Mengharapkan media mainstream untuk mendidik remaja kita, sama saja seperti mengharapkan Lady Gaga mengisi kuliah subuh. Mereka lah yang menolak paling keras dan berjuang menggiring opini masyarakat setiap kali kita ingin negara mengendalikan mereka. Kadang-kadang, saya merasa, mereka lah yang menjadi lembaga superbody. Dan ingatlah: para wartawan media, adalah karyawan, yang tunduk pada kehendak majikan mereka.
Jurnalisme warga seperti kompasiana, forum-forum seperti kaskus, blog-blog, dan media-media online lainnya, mungkin itulah satu-satunya harapan kita di masa depan. Sulit melawan media mainstream? Jelas, jika dilakukan sendirian. Tapi, saya yakin, banyak orang-orang yang memiliki nurani di luar sana yang, saya harap, bersedia menyeimbangkan dan memulihkan cuci otak masyarakat dari pengaruh yang telah media massa berikan. Ingatlah, revolusi raksasa yang merubah bangsa Arab sudah membuktikan, bahwa kekuatan jurnalisme warga yang bersatu bahkan mampu menumbangkan para pemimpin yang didukung salah satu negara terkuat di dunia. Demi hidup kita, dan hidup anak-anak kita, apa itu bukan sesuatu yang pantas diperjuangkan?
“Orang-orang yang mencari kebenaran itu, seperti air.. Jika dihadang, ia berbelok. Dibendung, ia akan merembes. Bahkan jika dibendung dengan menggunakan beton dalam bendungan raksasa, ia akan menguap.. Ia tidak akan pernah lelah mencari jalannya…”
Oleh : Dian Jatikusuma
Red : Catalist Fist
“Lady Gaga koq diributin.. Apa bedanya dengan yang sudah ada di Indonesia? Penyanyi Indonesia juga banyak tuh yang seronok. Tuh penyanyi dangdut seronok masuk sampai ke kampung-kampung, ditonton anak-anak. Jika mau adil, yang seperti itu juga dilarang dong..”
Lha para pendukung kebebasan itu memangnya selama ini mendukung pelarangan pornografi sampai ke kampung-kampung? Dulu saat Inul banyak yang menentang, kaum liberalis juga menggunakan dalil yang sama: ‘yang lain juga dilarang doong’. Protes soal chef Sarah Quin (betul ga ya namanya?), juga ditentang dengan alasan: ‘dia ga sengaja tampil seronok koq’. Jika tempat-tempat maksiat digerebek, katanya menghalangi orang cari nafkah. Jika penyanyi dangdut seronok itu diprotes masyarakat sekitar, dijawab: urus dosa masing-masing, kalau ga suka ya ga usah nonton.. Bahkan di saat semua itu berusaha dikurangi dengan UU Anti Pornografi dan Pornoaksi, banyak yang menjerit-jerit: “jangan memasung kebebasan berekspresi!” Intinya kan sebenarnya: “Jangan larang kami melakukan pornografi dan pornoaksi, di tingkat manapun! Mau kami menari bugil sambil mutar-mutarin baju di atas kepala di genteng rumah kami, yo jangan protes!” Jadi, kenapa membanding-bandingkan Lady Gaga ama Keyboard Mak Lampir? (julukan para pedangdut seronok di daerah kami..). Toh dua-duanya sebenarnya kalian dukung, atas nama kebebasan berekspresi? Kami, malah sedang berusaha menentang dua-duanya..'
“Kita hidup dlm masyarakat yg sangat plural, sehingga setiap individu hendaknya bebas memilih & menjalankan apapun prinsip hidupnya (termasuk mendukung Irshad Manji atau Lady Gaga), lalu semuanya saling menghormati dlm segala perbedaan pilihan tsb”
Hmm.. Bijak dalam teori, kacau balau dalam praktek. Jika saja semua individu bebas menjalankan prinsip hidupnya, maka kita ga perlu nunggu suku Maya meramalkan akhir dunia. Bisa dibayangkan, jika banyak orang yang mendukung Sumanto, lalu menjalankan prinsip hidupnya sebagai kanibal, maka ayam goreng Kentucky ga bakal laris lagi, dan banyak orang yang nenteng-nenteng pisau daging dan botol merica di jalanan.. Atau, jika banyak orang yang mendukung Amrozi, kemudian menjalankan prinsip hidupnya sebagai pelaku bom bunuh diri, maka terminal bus way yang paling sesak pun akan bubar dalam 5 detik (termasuk penjaga tiketnya) begitu ada lelaki menyandang ransel datang mendekat..
Ya, ya saya tahu.. Argumen saya di atas pasti akan berusaha dimentahkan dengan argumen: “yang penting kan ga merugikan kalian” dalam bentuk kata-kata bijak nan koplak berikut:
“Apa salahnya dengan pornografi? Atau lesbi? Atau perbuatan-perbuatan maksiat lainnya? Toh ga merugikan anda. Jika anda tidak suka, ya ga usah ditonton, ga usah diikuti. Jika takut anak anda terpengaruh, ya perkuat pendidikan iman anak-anak anda. Kalau iman sudah kuat, mau 1000 Lady Gaga datang ke Indonesia, iman kita (dan anak-anak kita) tidak akan terpengaruh..”
Hellooo.. Kita memang makhluk individu, tapi kita juga makhluk sosial. Setiap tindakan kita, sekecil apapun, akan berpengaruh terhadap lingkungan kita. Contoh gampangnya, kenapa kita protes sama tetangga kita yang buang sampah ke kali? “Toh sampahnya sampah dia sendiri (ya mana mungkin dia dengan ikhlas buangin sampahnya ente), kalinya bukan milik mbahmu, lantas kenapa ente yang sewot?” Lha memangnya kalo banjir, banjirnya muter-muter dulu cari siapa bajingan yang membuang sampah, lalu terus menyerbu menggenangi rumah tetangga anda saja sampai setinggi kepala?
Ok kita tidak suka perbuatan-perbuatan maksiat, dan kita berhasil menghindarinya. Lalu kita juga menanamkan iman yang kuat ke anak-anak kita, dan juga berhasil. Dan kita teriak ke luar sana: “Maree seneee Lady Gaga, Freddy Mercury, Jhon Kei dan Mak Lampir jadi satu!! Iman saya dan keluarga saya dah kuat koq!” Tapi sekian tahun ke depan, tiba-tiba ada anak tetangga kita yang kecanduan pornografi, lalu tidak tahan, dan akhirnya memperkosa anak perempuan kita.. Atau ada orang yang mabuk karena alkohol dan narkoba, lalu menabrak seluruh keluarga kita yang sedang jalan-jalan di trotoar.. Atau anak perempuan kita hilang, diculik sindikat yang menjualnya ke prostitusi.. Atau anak lelaki anda disodomi keluarga jauh anda.. Atau seorang pecandu merampok dan membunuh anda karena butuh uang untuk beli sabu.. Sama seperti banjir, ekses negatif dari perbuatan maksiat, tidak akan pernah pilih-pilih siapa korbannya, baik anda berbuat maksiat atau tidak..
Benar, bahwa kita tidak salah 100%, tapi, sebenarnya, kita tetap punya andil dalam hal itu. Kita sukses memperkuat iman keluarga kita, tapi kita abai dengan lingkungan kita. Itulah kenapa dalam Islam ada seruan: “amar makruf, nahi munkar”. Menyeru kepada kebajikan, mencegah kemungkaran. Jika kita mengabaikan kemunkaran di lingkungan kita, dengan prinsip: “urus dosa masing-masing”, yakinlah, cepat atau lambat, kita akan memetik hasilnya…
Masih enggan untuk amar makruf nahi munkar?
“Beri saya 10 media massa, maka saya akan merubah dunia..”
Saat ini, sungguh naif jika kita percaya media mainstream akan memberikan opini yang netral dan berimbang terhadap semua hal. Mereka akan memberikan opini yang sesuai dengan kepentingan sang pemilik (gimana kalo pemiliknya adalah Ryan Jagal?). Sungguh sangat berbahaya jika kita menganggap semua yang diberitakan media adalah berita yang 100% benar, tanpa berusaha mengkritisi dan mencari berita dari sudut pandang lain sebagai penyeimbang. Yuk, kita kritisi kata-kata bijak penutup ini..
“Menonton atau membaca pornografi, kekerasan, atau apapun tidak akan mempengaruhi saya. Toh semua manusia dibekali filter untuk menyaring, dan otak untuk berfikir. Jadi mau saya baca atau tonton ribuan kali pun , tidak akan merubah pendirian saya.. Satu kali nonton konser lady Gaga tidak akan membuat yg nonton jd pemuja setan dan lesbian kan?”
Hohohoho.. Yuk kita bandingkan keadaan sekarang dan keadaan 20 tahun yang lalu, tahun 80-90an. Zaman dulu, seks bebas di Indonesia masih sangat sedikit jumlahnya. Untuk kaum remaja saat itu, bergandengan tangan di depan umum saja, sudah menimbulkan ledekan yang membuat sang pelaku ingin menceburkan diri ke selokan terdekat. Lihat anak-anak sekarang? Mungkin anda sendiri yang dengan sukarela akan menceburkan diri ke selokan terdekat saat melihat gaya mereka berpacaran. Bahkan sekarang mereka dengan senang hati menyebarkan prilaku mereka dalam bentuk video yang jumlahnya mulai menyaingi produksi film porno Amerika dalam setahun.. Kenapa bisa bergeser? Apa anda kira para orang tua dan guru lah yang menanamkan dogma: “Anakku, kamu harus rajin-rajin seks bebas yaa, biar dapat rangking.. Yuk kita memasyarakatkan seks bebas dan menseks bebaskan masyarakat..”?
Jadi, siapa yang mengajari mereka? Jawabannya sederhana: media massa. Selama berpuluh-puluh tahun mereka menggempur otak bawah sadar kita dengan berbagai film, buku, berita, cerita, sinetron, dan lain-lain yang secara sangat halus menyiratkan: “Seks bebas itu hal yang biasa aja cooy.. Anak gaul, malu dong jika masih perawan di usia 18. Tuh, banyak artis idola kamu yang melakukannya.” Memang benar 1000 kali membaca, atau 1x nonton Lady Gaga belum tentu merubah kita.. Tapi, pesan-pesan itu ditanamkan selama berpuluh-puluh tahun, dalam bentuk jutaan pesan per tahun, dari berbagai arah, terhadap anda dan keluarga anda. Yakin anda dan keluarga anda tidak terpengaruh sedikitpun?
Siapa yang paling mudah bobol? Tentu saja anak anda. Anda kira, kenapa iklan McDonald dan rokok mengarah kepada anak-anak dan remaja? Karena merekalah berada dalam fase yang labil dan paling mudah dipengaruhi, dibandingkan orang tuanya. Saat mereka menjadi dewasa dan lebih bijaksana, rokok, junkfood dan seks bebas itu sudah menjadi kebiasaan mereka, candu mereka, sehingga mereka akan sangat sulit meninggalkannya, walau akhirnya paham kerusakan macam apa yang ada dibaliknya.
“Tetap ngga ngaruh maaas, iman gue kan KW1″ Mungkin. Tapi, sedikit banyak, anda akan terpengaruh. Anda akan menjadi permisif: “Biar ajalah orang lain melakukannya, yang penting aku tidak.. Toh banyak yang melakukan, dan itu bukan urusanku”. Itulah yang menjadi target selanjutnya: menanggalkan kontrol sosial anda.. Jika laju ‘cuci otak’ ini terus berlanjut, sepuluh tahun ke depan, jangan heran jika akhirnya kitalah yang mengekspor video porno ke Amerika dan masyarakat Amerika lah yang nonton konser Iwak Peyek Tour 2022..
“Jangan melihat siapa yang mengatakan dong. Kalau mau mengkritisi, kritisi gagasannya, kata-katanya, fikirannya. Jangan kritisi pribadi dan kelakuannya (bahasa alaynya: ad hominem).”
Oalaaah.. Saya beri contoh kasus ringan. Misalnya, kata-kata ini diucapkan dua orang yang berbeda: “Saya akan memajukan bangsa Indonesia. Saya akan berjuang menciptakan budaya bebas korupsi, pola hidup sederhana, dan mengikis habis kebohongan birokrat dan legislatif” Yang pertama, diucapkan oleh Buya Hamka. Satu lagi, diucapkan Angelina Sondakh. Saya rasa, yang pertama membuat anda manggut-manggut percaya, dan yang kedua membuat anda setengah mati menggigit bibir, lalu terguling karena tertawa terbahak-bahak.. Kenapa kata-kata yang sama persis, dengan nada sama persis, tapi diucapkan oleh dua orang yang berbeda, hasilnya bisa berbeda? Setiap kata-kata, sebijak apapun, selalu ada motif dibaliknya. Dan motif itu, sangat terkait dengan pribadi orang yang mengucapkannya. Jadi, kenapa kita tidak boleh mengkritisi pribadi yang mengucapkannya?
Jika anda ingin minta pendapat tentang gaya rambut, anda bertanya kepada penata rambut, atau ke tukang las? Jika saya bilang “lha masa tukang las mengerti soal gaya rambut”, apa itu ad hominem?
Kasus Irshad Manji adalah contoh lain yang gamblang tentang hal itu. Dia dibesar-besarkan media sebagai seorang reformis muslim yang berusaha mencerahkan umat Islam. Tapi di dalam bukunya, ia membantah prinsip-prinsip Islam sendiri dengan cara mempromosikan lesbian, gay dan transgender, menghina jilbab, bahkan meragukan kesempurnaan Al Quran.. Jika kita mengkritisi pribadinya yang lesbian (dan tentu saja ia akan berjuang keras agar lesbian dihalalkan dalam Islam) dan mengkritisi sikapnya yang meragukan Al Quran, di mana salahnya? Bukankah kita memang selalu menilai siapa yang berbicara, bukan hanya apa yang ia ucapkan? Bagaimana mungkin dia seorang muslim, jika ia meragukan Al Quran? Itu kan sama saja dgn ia mengaku lesbian, sambil menyatakan lagi jatuh cinta dgn Rhoma Irama.. Lha kenapa jika kami meragukan keislamannya, tiba-tiba muncul teriak-teriak histeris “Ad hominem! Ad hominem!?”
Nah, kata bijak terakhir ini, mungkin adalah yang paling masuk akal, dan paling sulit dibantah. Tapi mungkin juga, inilah kata-kata bijak yang paling koplak..
“Di masyarakat yang plural ini, janganlah ada pemaksaan kehendak. Biarlah setiap orang melakukan pilihannya sendiri, tanpa paksaan. Sesuatu yang dipaksa itu pasti tidak baik. Nilai yang dianut setiap orang berbeda, jadi jangan paksakan nilai yang kamu anut terhadap orang lain.. Jangan jadi tirani mayoritas..”
Sulit membantahnya kan?
Pertama-tama, saya tanya dulu: apakah sebagian besar dari kita memang dengan sukarela masuk kerja jam 8 dan pulang jam 5 atau bahkan lembur? Apakah memang kita yang memohon-mohon agar jatah cuti kita setahun cukup dua minggu? Apa anda memang luar biasa ikhlas dengan jumlah gaji anda sekarang? Jika tidak, kenapa anda tidak coba mengatakan kepada atasan anda sekarang:”Maaf pak, sebenarnya saya menganut paham bahwa kerja itu hanya 3 jam sehari, cuti 6 bulan dalam setahun, dengan gaji minimal 30 juta. Jadi, jangan paksakan kehendak bapak..”
Apa anda dulu saat remaja belajar dengan sukarela, ikhlas bin legowo?
Semua hukum dan undang-undang, apalagi dalam alam demokrasi, pada prinsipnya, adalah pemaksaan kehendak, dari sebagian besar masyarakat yang sepakat, kepada masyarakat lainnya yang tidak sepakat. Memangnya semua orang setuju dengan UU tentang Narkotika? Atau UU tentang Korupsi? Atau bahkan UU Pajak? Apa anda kira semua wajib pajak memang sudah gatal setengah mati ingin membayar pajak sebesar itu? Lha kenapa kaum liberal ga pernah menjerit-jerit di jalanan: “Jangan paksakan kehendak! Biarkan mereka bayar pajak seikhlasnya..”
Jadi kenapa, saat ada penduduk di suatu daerah setuju untuk memberlakukan perda anti prostitusi, perjudian dan miras, dengan hukuman cambuk bagi pelakunya, kaum liberal tiba-tiba lantang berteriak “Itu melanggar HAM!”. Anda kira memenjarakan orang itu tidak melanggar HAM nya untuk hidup bebas merdeka? Dan kenapa, ketika RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi berusaha disahkan, tiba-tiba saja prinsip demokrasi berdasar suara terbanyak dianggap sebagai tirani mayoritas? Jika memang begitu, ga ada salahnya dong jika para pecandu narkoba dan miras ramai-ramai naik xenia untuk demo di jalanan dan berteriak “Jangan jadi tirani mayoritas! Kalian sudah melanggar HAM kami untuk ajeb-ajeb sampai pagi..”.
Jika saja setiap undang-undang harus disepakati semua orang dulu baru bisa disahkan, maka kita tidak akan pernah punya undang-undang satu pun. Yang tidak boleh, adalah memaksa dengan kekerasan. Jika sudah banyak yang setuju, dan memang UU itu demi kebaikan bersama (sama seperti kita dipaksa belajar saat remaja), di mana salahnya?
Penutup
Jujur, saya tidak membenci orang-orang liberal. Beberapa teman-teman dekat saya adalah orang liberal. Dan saya tahu, beberapa dari mereka, memang yakin bahwa yang mereka perjuangkan adalah demi kebaikan bangsa.. Tapi, banyak juga di antara mereka yang hanya ingin menciptakan lingkungan yang tepat, untuk melampiaskan nafsu mereka..
Tapi, saya koq sama sekali tidak sreg melihat arah menuju kebebasan yang mulai sangat kebablasan ini. Lihat generasi muda kita. Terus terang, jika melihat gang motor melintas yang membuat saya ngeri, video porno remaja yang terbit seminggu sekali, anak-anak SD di warnet yang saling memaki sambil mendownload lagu “selinting ganja di tangaaan…”, remaja yang membentak ibunya, siswa SMP menjual diri demi beli handphone, dan penjual narkoba yang jauh lebih banyak daripada indomaret, saya kadang-kadang pingin kemas-kemas dan pesan tiket ojek sekali jalan ke Timbuktu. Bukan ini lingkungan yang saya bayangkan bagi saya dan anak-anak saya kelak.. Dan saya bisa bayangkan masa depan negara kita jika para remaja yang seperti ini yang menjadi para pemimpin kita kelak..
Lantas apa yang bisa kita lakukan? Mengharapkan media mainstream untuk mendidik remaja kita, sama saja seperti mengharapkan Lady Gaga mengisi kuliah subuh. Mereka lah yang menolak paling keras dan berjuang menggiring opini masyarakat setiap kali kita ingin negara mengendalikan mereka. Kadang-kadang, saya merasa, mereka lah yang menjadi lembaga superbody. Dan ingatlah: para wartawan media, adalah karyawan, yang tunduk pada kehendak majikan mereka.
Jurnalisme warga seperti kompasiana, forum-forum seperti kaskus, blog-blog, dan media-media online lainnya, mungkin itulah satu-satunya harapan kita di masa depan. Sulit melawan media mainstream? Jelas, jika dilakukan sendirian. Tapi, saya yakin, banyak orang-orang yang memiliki nurani di luar sana yang, saya harap, bersedia menyeimbangkan dan memulihkan cuci otak masyarakat dari pengaruh yang telah media massa berikan. Ingatlah, revolusi raksasa yang merubah bangsa Arab sudah membuktikan, bahwa kekuatan jurnalisme warga yang bersatu bahkan mampu menumbangkan para pemimpin yang didukung salah satu negara terkuat di dunia. Demi hidup kita, dan hidup anak-anak kita, apa itu bukan sesuatu yang pantas diperjuangkan?
“Orang-orang yang mencari kebenaran itu, seperti air.. Jika dihadang, ia berbelok. Dibendung, ia akan merembes. Bahkan jika dibendung dengan menggunakan beton dalam bendungan raksasa, ia akan menguap.. Ia tidak akan pernah lelah mencari jalannya…”
Oleh : Dian Jatikusuma
Red : Catalist Fist
Minggu, 05 Agustus 2012
Goresan Luka Yang Diberi Oleh Penghianat
Minggu, Agustus 05, 2012
No comments
Negeri yang kehilangan moralitas. HAM dan Demokrasi menjadi berhala yang
dijunjung tinggi. Hak asasi apa yang kalian tawarkan, kebebasan apa yang
kalian anggap solusi, semua itu sudah tertera
pada Al-qur'an dan As sunnah sebagai pedoman hidup.
Jika hanya
mengikuti akal ketololan kalian, maka tidak ada lagi batas antara
keburukan dan kebaikan, semuanya dianggap sama. Sudut-sudut diskusi pun
tak berarti, para wakil rakyat dilumuti dusta dipenuhi janji manis yang
selalu diingkari.
Semua komitmen masing-masing calon pemimpin mulai dari
semua lapisan jabatan tak ada yang dapat dibuktikan. Pemimpin yang
harus mengajak rakyatnya pada kebenaran, menjadi teladan yang patut
dicontohi tapi malah menutup diri melihat rakyatnya diinjak oleh sepatu
kemiskin, dililit oleh tali pengangguran.
Ini adalah realita bukan
isapan jempol belaka. Keyakinan agama yang menjadi landasan hidup sejak
lahir hingga dewasa, tergadaikan oleh sistem, mata hati membuta.
Sehingga kerancuan pada nilai-nilai hidup semakin bertambah dan tak ada
perbaikan. Setiap kebijakan maupun keputusan yang diambil sang pemimpin
tidak lagi berdasarkan prinsip eksistensi dirinya.
Kita sudah merdeka
puluhan tahun, kenapa masi juga diatur-atur oleh pihak lain. Terutama
mereka zionis dan sekutunya Amerika, mereka bukanlah sahabat yang harus
didengar. Mereka adalah musuh yang harus dihindari biar perlu
diasingkan. Mereka bukanlah pahlwan yang harus dibanggakan namun
penjajah nyata yang harus mutlak diperangi.
Akhirnya apa yang terrjadi
jika lawan dianggap teman, jika penjajah dianggap pahlawan. Keadilan,
kesejahteraan, keamanan, martabat, tak mampu diwujudkan, hanya sebatas kosa kata tanpa arti
dan tindakan.
Kita hanya bisa berdo'a dan berusaha dalam setiap detik
yang terlewati agar ada perbaikan walaupun kecil, jika tidak maka
tunggulah kehancuran akan menyapa kita, bukan hari ini lihatlah
kedepannya nanti.
#Go to Revolusi-Khilafah (Leuly)
#Go to Revolusi-Khilafah (Leuly)
Sabtu, 04 Agustus 2012
Biografi Sederhana Imam Hasan Al Banna
Sabtu, Agustus 04, 2012
No comments
Nama “Hasan Al-Banna” selalu lekat dengan jamaah Al-Ikhwan
Al-Muslimun, karena beliau adalah pendiri dan menjadi Mursyid ‘Am
pertama jamaah tersebut. Sekalipun sang imam “Al-Banna” -semoga Allah
merahmatinya-, tidak mengenyam kehidupan lebih dari 42 tahun, namun pada
masa hidupnya banyak memberikan kontribusi dan prestasi yang besar
sehingga banyak terjadi lompatan sejarah terutama dalam melakukan
perubahan kehidupan umat menuju Islam dan dakwah Islam yang lebih cerah,
banyak perubahan-perubahan yang dicapai olehnya, apalagi saat beliau
hidup kondisi umat dalam keadaan yang begitu parah dan mengenaskan,
keterbelakangan, ketidakberdayaan, kebodohan umat, dan ditambah dengan
penjajahan barat.
42 tahun kalau diukur dari perjalanan sejarah merupakan waktu yang
singkat, merupakan usia yang belum bisa memberikan apa-apa, walaupun
umur sejarah tidak bisa diukur berdasarkan tahun dan hari, namun dapat
juga diukur dari banyaknya peristiwa yang berdampak pada perubahan
kondisi, situasi dan keadaan, dan inilah yang selalu melekat pada sosok
Hasan Al-Banna, beliau banyak memberikan pengaruh dalam perubahan
sejarah, dan beliau juga merupakan salah satu dari orang yang memberikan
kontribusi melakukan perbaikan dan perubahan dalam tubuh umat.
Sekalipun umur beliau relatif pendek namun beliau termasuk orang yang
mampu membuat sejarah gemilang.
Setiap orang pasti memiliki faktor yang dapat dinilai mampu
memberikan kontribusi dan saham dalam pembentukan karakter dan jati
dirinya dan menentukan berbagai hakikat yang dipilihnya. Dan bagi
pemerhati lingkungan yang di dalamnya hidup sang imam Al-Banna akan
dapat menemukan awal yang baik, dan karena itu berakhir dengan baik.
Seperti dalam ungkapan: “Akhir yang baik mesti diawali dengan permulaan
yang baik”.
Masa Kecil
Imam Hassan Al Banna telah dilahirkan pada 14
Oktober 1906, di desa Mahmudiyah yang terletak di Iskandariah, Mesir.
Hassan al Banna merupakan anak sulung daripada lima bersaudara. Ayahnya,
Syeikh Ahmad ibn Abd al Rahman al-Banna adalah seorang ulama, imam,
guru dan pengarang beberapa buah kitab hadis dan fikah perundangan
Islam, dan lulusan Universitas Al Azhar Mesir. Namun beliau hanya
bekerja sebagai tukang servis jam dan gramaphone (radio) sebagai sumber
untuk menyara hidup keluarga beliau.
Sebagai seorang ulama, ayahnya mempunyai perpustakaan yang agak besar
di rumahnya. Beliau menghabiskan sebahagian masanya mempelajari Syariat
Islam dan menyebarkannya secara personal demi personal ke orang – orang
sekitarnya. Sejak kecil Hassan al-Banna sering menghadiri dan mengambil
baagian dalam setiap kagiatan ayahnya tersebut. Disinilah sebenarnya yg
telah membentuk pemikiran, wawasan dan karakter Hasan Al Banna.
Ketokohan, keilmuan dan keperibadian Syeikh Ahmad al Banna diwarisi oleh
Hassan al Banna.
Bahwa komitmen dengan Islam dan manhaj robbani sangat membutuhkan
pondasi utama pada lingkungan yang menggerakkannya, agar dapat tumbuh
dan besar seperti pondasi tersebut, dan jika tidak ada lingkungan yang
mendukung maka akan menjadi sirna dan mati sejak awal kehidupannya. Dan
Allah telah memberikan karunia besar terhadap imam “Al-Banna” dengan
lingkungan yang baik ini. Orang tuanya memberikan tarbiyah sejak awal
dengan baik; meumbuhkan kecintaan terhadap Islam kepada anaknya sejak
dini, selalu memelihara bacaan dan hafalan Al-Qur’an, sehingga
memberikan kepada pemuda tersebut waktu dan tenaga yang cerah dalam
berfikir dan berdakwah, dan pada saat itu pula –yang mana pada saat itu-
Islam telah tertutupi oleh kehidupan yang bebas dan politik yang rusak,
tampak menjadi asing –bahkan aneh dan tidak wajar- melihat seorang
pemuda yang begitu besar komitmennya terhadap ajaran Islam sampai pada
masalah waktu, atau dalam menunaikan ibadah shalat dengan penuh
kedisiplinan.
Sejak kecil lagi Hassan Albanna terdepan diantara kawan-kawannya
dengan sifat kepemimpinannya. Beliau pernah terpilih menjadi pemimpin
Jemaah Al Suluka Al Akhlaqi di sekolah. Keluarga Hassan Al- Banna begitu
tegas dalam mendidik anak-anak berdasarkan ajaran Islam. Hal ini
menyebabkan beliau telah menghafal Quran dalam usia yang begitu muda.
Beliau kemudian telah memasuki Pusat Latihan Perguruan. Selepas tiga
tahun di sana beliau mendapat tempat pertama dalam prestasi
pendidikannya. Kemudian beliau telah memasuki Darul Ulum (Universitas
Kairo) di Kaherah pada awal usia 16 tahun.
Di sinilah pertama kali beliau tergugah dengan pergolakkan partai
politik dan juga pertumbuhan kelompok anti Syariat Islam yang dicetuskan
oleh Kamal Atartuk. Idealisme yang kebanyakannya bertentangan dengan
Islam juga meletup pada masa itu. membuat Mesir dilanda keruntuhan
akhlak yang dasyat. Terlebih dengan tragedi runtuhnya Khilafah Al
Islamiyah
Ketika di Darul Ulum, beliau mulai mengadakan kegiatan pengajian
Islam. Hassan AlBanna dan rekan-rekannya mulai berdakwah di tempat orang
ramai selalu berkumpul seperti di kedai kopi. Beliau juga telah rajin
mengirim surat dan mengajak ulama-ulama dan imam-imam besar pada masa
itu untuk melawan ‘banjir’ westernisasi yang menenggelamkan umat pada
ketika itu.
Imam Al-Banna kecil (muda) hidup dibawah naungan dan lingkungan yang
bersih dan suci. Dan rumah yang di dalamnya hidup sang imam juga
merupakan rumah yang tershibghah dengan shibghah islam yang hanif. Orang
tuanya bernama syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Bann. Beliau adalah seorang
imam masjid di desanya, dan seorang tukang reparasi dan penjual jam.
Namun disisi lain orang tuan Hasan Al-Banna adalah sosok pecinta ilmu
dan buku, sehingga senang menuntut ilmu dan membaca buku, dan sebagian
waktunya banyak dihabiskan untuk membaca dan menulis, dan beliau juga
banyak menulis kitab, diantaranya adalah “Badai’ul Musnad fi Jam’I wa
Tartiibi Musnad As-Syafi’I”, “Al-Fathu Ar-Robbani fi Tartiibi Musnad
Ahmad As-Syaibani”, “Bulughul Amani min Asrori Al-fathu Ar-Robbani”
Imam Al-Banna selalu berpegang teguh dan yakin dengan keislamannya
bahkan merasa bangga dengannya. Dan pada saat berdiri Universitas Cairo,
dan Dar El-Ulum merupakan salah satu bagian dari kuliah yang ada di
dalamnya; yang di dalamnya menghadirkan ilmu-ilmu kontemporer, ditambah
juga dengan ilmu-ilmu syariah dan pengetahuan tradisional yang telah
masyhur di Universitas Al-Azhar sebelumnya. Dan -pada saat itu pula-
Imam Al-Banna mendaftarkan diri untuk kuliah di Dar El-Ulum, walaupun
beliau tidak merasa cukup dengan ilmu yang di dapat di kuliah sehingga
beliau mencarinya ditempat yang lain sebagai tambahan; seperti beliau
selalu hadir mengikuti majlis ilmu pimpinan syaikh Rasyid Ridha, dan
beliau sangat terkesan dengan tafsirnya yang terkenal yaitu “Al-Manar”.
Namun hal tersebut tidak menghalangi dirinya mendapatkan nilai yang
begitu baik dan cemerlang, sehingga beliau berhasil menamatkan kuliahnya
dengan hasil yang gemilang, dan beliau merupakan angkatan pertama
kuliah tersebut. Lalu -setelah itu- beliau diangkat sebagai guru pada
madrasah ibtidaiyah disalah satu sekolah yang terletak di propinsi
Ismailiyah, yaitu pada tahun 1927, dan di kota tersebut Imam Al-Banna
muda tidak hanya terpaku pada jati dirinya sebagai guru madrasah
ibtidaiyah, namun beliau juga menjadi da’i kepada Allah, yang pada saat
itu masjid-masjid disana kosong dari pemuda. Sehigga tidak ada anak-anak
muda yang sholat di masjid namun asyik dengan minuman alkohol yang
memambukkan. Maka tampaklah beliau sebagai seorang pemuda yang ahli
ibadah, taat kepada Allah dan sebagai da’i kepada Allah yang mengajak
umat untuk kembali pada Islam yang hanif.
Dan di kota Ismailiyah pula Imam Al-Banna banyak melakukan interaksi
dengan lembaga-lembaga Islam dan beliau tampil sebagai da’i dengan
berbagai sarana yang dimiliki dan berkeliling ke berbagai tempat dan
desa. Beliau pergi sebagai da’i dan membawa kabar gembira tentang agama
Islam. Beliau menyeru dan mengajak manusia yang berada tempat-tempat
perkumpulan mereka, dan diatara tempat perkumpulan yang sering belaiu
datangi adalah café. Disana beliau memberikan kajian keagamaan, terutama
pada sore hari ini, sehingga dengan kajian yang beliau sampaikan banyak
menarik perhatian sebagian besar masyarakat pengunjung cafe; sehingga
menjadikan pemilik café tersebut berlomba-lomba mengundang Imam Al-Banna
untuk memberikan kajian sore di café-cefe milik mereka. Dan akhirnya di
kota Ismailiyah –dengan taufik dari Allah- dan dengan keberkahan akan
juhud dan keikhlasannya, Imam Al-Banna mampu mengeluarkan cahaya dakwah
terbesar dan memberikan pengaruh yang sangat besar hingga saat ini.
Yaitu berdirinya Gerakan Al-Ikhwan Al-Muslimun yang dipimpin langsung
oleh Imam Al-Banna. Padahal saat itu umur beliau masih muda sekali, baru
mencapai antara tidak terlalu muda, tidak baya dan juga tidak terlalu
tua. Pemuda yang ahli ibadah itulah yang telah mampu mendirikan gerakan
dakwah Islam terbesar di dunia saat ini.
Dari Pengajian Ke Gerakan Ikhwanul Muslimin
Setelah beliau menamatkan pelajaran di Darul Ulum dengan prestasi
terbaik, beliau lalu bekerja sebagai guru. Ketika itu, Imam Hassan
Albanna mulai prihatin dengan keadaan umat Islam kerana umat islam hanya
sibuk dengan berbincang lalu mulai bergerak aktif didalam masjid dan
menyampaikan dakwah-dakwah beliau.
Tahun 1928, Hassan al-Banna dikunjungi adik dan lima orang sahabat
yang tersentuh dengan ceramah beliau di rumahnya dan berjanji setia
bersama untuk hidup dan mati karena Islam. Di rumah itulah Jemaah Ikhwan
Muslimin mulai lahir dan dirintis. Saat itu usia Hasan Al Banna adalah
23 tahun.
Sejak dari hari itu, kegiatan dakwah Ikhwan mulai bergerak dan terus
bertumbuh hingga seluruh pelosok Mesir dan negara-negara lain. Tahun
1934, Ikhwan telah menubuhkan lebih dari 50 cabangnya di Mesir.
Pertumbuhan ini telah menumbuhkan beberapa sekolah, masjid dan kilang.
Pada penghujung Perang Dunia Kedua, lkhwan mempunyai lebih kurang
setengah juta hingga 3 juta anggota yang aktif. Terus berkembang hingga
memiliki 3000 cabang di Mesir hingga ke Sudan.
Ikhwan juga mengirimkan para mujahidinnya ke Palestina. Mujahidin –
mujahidin ini dibina dan dikader dengan pola kaderisasai yang ketat.
Intensifitas tarbiyyah yang mengkontrol dan memotivasi para kader Ikhwan
untuk menghafal al qur’an, menegakkan Syariat Islam dan meninggalkan
hal – hal makruh menjadi nilai penting untuk membangun ruhiyah para
mujahidin Ikhwanul Muslimin.
Dalam satu jawapan yang diberikan oleh wartawan barat terhadap
dirinya yang bertanyakan siapakah dia, Hassan Al Banna menjawab, ”Saya
adalah perantau yang mencari kebenaran, dan insan yang mencari arti
kemanusiaan di kalangan manusia, dan warganegara yang inginkan
kemuliaan, kebebasan, kestabilan, hidup yang baik untuk negara dan
berjuang untuk menegakkan Islam.”
Kerajaan Inggris pernah menjemput Hassan al Banna ke kedutaan mereka
untuk minum teh. Beliau dipuji kerana sikapnya yang baik, kerja-kerja
kebajikannya untuk membantu anak-anak yatim dan janda.
Hassan AlBanna dan pegawai delegasi Indonesia, pertemuan yang memulakan Ikhwan di Indonesia
Sejak awal dapat kita lihat bahwa imam Al-Banna telah menentukan
jalannya dan karakter hidupnya; yaitu jalan hidup yang beliau lakoninya
dalam kehidupannya secara pribadi yang unik; komitmen terhadap Islam dan
manhaj robbani dan interaksinya dengan orang lain dengan baik dan
sesuai dengan ajaran Islam. Baliau begitu terkesan dengan hadits Nabi
dan begitu kuat berpegang teguh dengannya; yaitu hadits Nabi saw:
“Jagalah lima perkara sebelum datang lima perkara.. diantaranya adalah
“masa mudamu sebelum datang masa tuamu”, begitupun dengan hadits Nabi
saw lainnya: “ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah
pada saat tidak ada naungan kecuali naungannya.. diantaranya adalah
“seorang pemuda yang taat beribadah kepada Allah”.
Maka dari itu imam “Al-Banna” kehidupannya adalah islam dan tidak ada
yang lain dalam diri dan hidupnya kecuali Islam. Hal itu tampak juga
dengan jelas pada beberapa lembaga atau yayasan yang sejak kecil beliau
loyal kepadanya, yang kesemuanya merupakan lembaga atau yayasan Islam,
seperti “Jam’iyyah As-Suluk wal Akhlak” dan “Jama’ah An-Nahyu
Al-Munkar”, dan beliau juga memiliki hubungan yang erat dengan harakah
sufiyah yang pada saat itu marak tersebar di berbagai pelosok daerah dan
kota di Mesir.
Adapun diantara faktor lain yang membantunya komitmen di jalan
kebenaran adalah karena beliau begitu banyak beribadah dan taat kepada
Allah, sejak mudanya beliau sering melakukan puasa sunnah, khususnya
puasa sunnah yang berhubungan dengan hari-hari besar Islam, dan lebih
banyak lagi beliau melakukan puasa hari sunnah senin dan hari kamis pada
setiap minggunya, karena mentauladani sunnah nabi saw, sebagaimana
beliau juga sangat bersemangat melakukan puasa sunnah rajab dan sya’ban.
Kebanyakan dari kita mungkin merasa asing dalam melakukan ketaatan
seperti itu, atau merasa berat melakukannya terutama di saat kondisi
zaman seperti ini. Sebagaiman usaha yang dilakukan imam Al-Banna dalam
ketaatan juga menadapatkan kesulitan, terutama disaat kondisi yang saat
itu dialami; adanya gerakan missionaries, globalisasi dan penjajahan
yang telah meluas dan merambah dengan cepat di tengah kehidupan
masyarakat Mesir saat itu; sehingga memberikan kontribusi yang besar
dalam menjauhkan umat dari Islam apalagi untuk komitmen dengan ibadah
dan ketaatan.
Pembunuhan Hasan Al Banna
Namun imam Al-banna, hidup melawan arus, beliau berada dalam semangat
Islam yang tinggi, berpegang dengan ketaatan dan ibadah kepada Allah,
sekalipun umat saat itu sedang diliputi arus globalisasi dan
pencampakkan jati diri Islam; sehingga mengakibatkan acuhnya umat
terhadap Islam dan jauhnya umat –terutama para pemudanya- dari kehidupan
beragama, apalagi juga banyaknya bermunculan seruan dan propaganda
asing terhadap dunia Islam seperti liberalisme dan komunisme serta
gerakan missionaris yang mengajak untuk jauh dari Islam dan berlaku
hidup modernis seperti mereka.
Pengaruh Ikhwan Muslimin yang kuat semakin dikhawatirkan oleh
Pemerintah Mesir di bawah Noqrashi Pasha dari Partai al-Safdi. Pada 8
November 1948 Beliau telah mengharamkan Ikhwanul Muslimin atas tuduhan
merancang satu pemberontakan untuk menjatuhkan Pemerintahan. Bahkan
sumbangan Ikhwanul Muslimin yang mengirim beribu ribu Mujahidin dalam
perang menghadapi Israel seolah oleh dinafikanjuga tidak dihargai.
Kerajaan mesir bahkan menyuruh membubarkan seluruh aktvitias Ikhwanul
Muslimi.
Berbagai-bagai tuduhan dan fitnah dilemparkan terhadap Ikhwan
Muslimin. Anggota-anggotanya ditangkap, dimasukkan ke dalam penjara,
disiksa dengan kejam, malah ada yang dibunuh.
Tidak lama kemudian Perdana Menteri Mesir telah dibunuh dan Gerakan
Ikhwanul Muslimin telah dikambing hitamkan atas kejadian itu. Pada bulan
yang berikutnya harta benda pergerakan itu telah dirampas dan beribu
ribu orang beliau telah disumbatkan ke dalam penjara.
Pada 12 Feb 1949 beliau telah syahid dibunuh oleh pengkhianatan Islam pemerintah Mesir ketika itu.
Dengan alasan untuk mencari solusi atas ketegangan (konflik) antara
Ikhwan Muslimin dan pemerintah, pihak pemerintah menjemput Hassan
al-Banna untuk berunding di tempat Pejabat Jam’iyyah al-Syubban al
Muslimin. Sebenarnya jemputan itu hanyalah sebagai helah untuk membunuh
beliau.
Pada 12 Februari 1949 jam 5 petang, Hasan al Banna bersama iparnya
Abdul Karim Mansur, suami dari adik perempuannya sampai di tempat
pejabat tersebut. Mereka menunggu Menteri Zaki Ali Basya yang dikatakan
mewakili pemerintah untuk berunding, tetapi malangnya Zaki Ali Basya
tidak kunjung tiba.
Akhirnya setelah selesai menunaikan solat Isya mereka memanggil taksi
untuk pulang. Ketika baru saja menaiki taksi yang dipanggil, dua orang
yang tidak dikenali menerpa ke arah taksi dan salah seorang daripada
mereka terus melepaskan tembakan pistol. Mereka berdua terkena ternbakan
itu. Iparnya itu tidak dapat bergerak akibat terkena tembakan tersebut.
Walaupun terkena tujuh tembakan, Hasan al-Banna masih mampu berjalan
masuk ke tempat pejabat Jam’iyyah al Syubban al-Muslimin memanggil
ambulans untuk membawa mereka ke rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit Qasral ‘Aini, mereka dikawal rapi oleh
Jeneral Muhammad al-Jazzar dan sengaja melarang pihak rumah sakit untuk
memberika pengobatan kepada Hasan al Banna. Pada pukul 12.50 tengah
malam, Hasan al-Banna menghembuskan nafas yang terakhir karena kehabisan
darah.
Semangat Yang Tak Pernah Mati
Pada pukul satu pagi pihak polis menyampaikan berita kematian kepada
ayah Hasan al-Banna dengan dua pilihan: Pihak polis akan menghantarkan
jenazah ke rumahnya, dan beliau menjalankan proses penguburan jenazah
pada jam sembilan pagi dan tidak boleh ada keramaian atas proses
penguburan Hasan Al Banna, jika ia tidak menerima tawaran pertama itu,
pihak polisi sendiri terpaksa akan menguburkan jasad Hasan Al Banna
tanpa beliau pernah melihat jenazah anaknya itu.
Ayah Hasan al Banna menerima pilihan yang pertama. Sebelum fajar
menyingsing, jenazah as-Syahid dibawa ke rumahnya di Hilmiah al-Jadid
dengan sebuah kereta yang dikawal rapi oleh polisi yang lengkap
bersenjata. Di sekitar rumahnya juga terdapat polisi dan tentara
berkawal dengan rapi. Mereka tidak mengizinkan siapapun mendatangi
kawasan tersebut. Jenazah Almarhum dibawa masuk ke rumahnya secara tidak
ada orang yang melihatnya dan tidak ada yang mengetahui masa
ketibaannyasecara diam-diam.
Ayah Hasan al-Banna yang sudah berusia lebih 90 tahun itu dengan
penuh kesabaran memandikan dan mengapankan jenazah anaknya seorang diri.
Setelah diletakkan ke atas keranda, beliau memohon pihak polisi mencari
beberapa orang untuk mengusungnya. Tetapi pihak polisi menjawab
“biarkanlah orang-orang perempuan tolong mengusungnya”.
Polisi tetap tidak membolehkan siapapun datang ke rumah tersebut
untuk mengucapkan takziah dan tidak dibenarkan membaca al-Quran. Ayah
Hasan al-Banna tidak dapat berbuat apa apa lagi. Beliau dengan tiga
orang perempuan terpaksa mengusung anaknya itu menuju ke Masjid
al-Qaisun untuk disembahyangkan. Pihak polis lebih dahulu telah pergi ke
masjid memerintah orang-orang yang ada di situ supaya meninggalkan
masjid. Sheikh Abdur Rahman seorang diri menunaikan solat jenazah ke
atas anaknya itu. Kemudian mereka meneruskan pengusungannya menuju ke
perkuburan untuk menguburkan jenazah Almarhum.
Sosok Imam Al-Banna memiliki banyak keistimewaan, sosok yang universal dan seimbang, pemuda aktivis, seorang khatib yang antagonis terhadap kebatilan dan kemaksiatan, memiliki perasaan yang lembut, dan komunikatif dengan semua orang; baik dengan orang awam, petani dan buruh. Beliau juga seorang cendekiawan yang memiliki ilmu, yang mampu berinteraksi dengan para cendekiawan lainnya. Saat berada ditengah umat manusia, banyak yang takjub kepadanya baik dari kalangan cendekiawan, hartawan, awam, petani dan buruh serta yang lainnya. Ini semua sejalan dengan dakwahnya yang didasarkan pada pembentukan umat, dakwah dan individu yang seimbang dalam berbagai sisinya.
Sosok Imam Al-Banna memiliki banyak keistimewaan, sosok yang universal dan seimbang, pemuda aktivis, seorang khatib yang antagonis terhadap kebatilan dan kemaksiatan, memiliki perasaan yang lembut, dan komunikatif dengan semua orang; baik dengan orang awam, petani dan buruh. Beliau juga seorang cendekiawan yang memiliki ilmu, yang mampu berinteraksi dengan para cendekiawan lainnya. Saat berada ditengah umat manusia, banyak yang takjub kepadanya baik dari kalangan cendekiawan, hartawan, awam, petani dan buruh serta yang lainnya. Ini semua sejalan dengan dakwahnya yang didasarkan pada pembentukan umat, dakwah dan individu yang seimbang dalam berbagai sisinya.
Dan Imam Al-Banna juga sangat memiliki karakter yang mampu memberikan
pengaruh pada orang yang ada disekitarnya, hal ini kembali pada pondasi
yang beliau miliki yaitu kedekatan diri kepada Allah -Kita berharap
demikian dan kita tidak merasa paling suci kecuali hanya Allah-. Dan
kita temukan bahwa dakwah Al-Ikhwan –dan Al-Ikhwan itu sendiri- telah
terpengaruh dengan sosok imam Al-Banna; karakternya yang baik, ikhlas
dan taat kepada Allah, yang kesemuanya bersumber pada cahaya kenabian.
Sebagaimana beliau juga memiliki sosok yang mumpuni dan lemah lembut,
selalu perhatian dan menolong orang-orang yang mazhlum, dan dalam
sejarahnya telah banyak disaksikan bahwa usaha dan kerja al-ikhwan di
berbagai tempat, daerah dan negara selalu membela hak-hak umat Islam
yang terampas.
Oleh karena itulah bagi kita dapat mengambil ibrah dari perjalanan
sosok pemuda yang berhimpun di dalamnya jiwa yang memiliki nilai-nilai
mulia dan agung, bagaimana jiwa tersebut dapat mampu membangun generasi
yang islami, tidak menyimpang dari jalan Allah dan menepati dan
menunaikan amanah yang diembannya dengan optimal dan baik, sekalipun
kondisi, ujian dan cobaan yang dihadapi selalu datang silih berganti
dalam rangka berpegang teguh pada jalan Allah dan agama Islam serta
dalam usaha meninggikan kalimat (agama) Allah dan mentauladani sirah
nabi saw.
Oleh : Indra Bujana
Red : Catalist Fist
Red : Catalist Fist
http://www.undergroundtauhid.com/
Kamis, 02 Agustus 2012
Tutupilah Auratmu
Kamis, Agustus 02, 2012
No comments
BERBAHAGIALAH
UNTUK KALIAN PARA MUSLIMAH YANG SUDAH MENUTUP AURAT SESUAI PETUNJUK,
DAN JIKA ADA YANG BELUM, BERSEGERALAH MENUTUP AURAT.
Lelaki inggris bertanya: "Kenapa dalam Islam wanita tdk boleh berjabat tangan dengan laki2?"
Lelaki inggris bertanya: "Kenapa dalam Islam wanita tdk boleh berjabat tangan dengan laki2?"
Lelaki muslim menjawab: "Bisakah kamu berjabat tangan dengan ratu elizabeth?
Lelaki inggris menjawab: "oh tentu tidak bisa! cuma orang2 tertentu saja yg bisa berjabat tangan dengan ratu."
Lelaki muslim tersenyum & berkata:" Wanita2 dari golongan kami(Kaum
muslimin) adalah para ratu, & ratu tidak boleh berjabat tangan
dengan pria sembarangan (yg bukan muhrimnya")
Lalu Lelaki inggris bertanya lagi, "Kenapa perempuan Islam menutupi tubuh dan rambut mereka?"
Lelaki muslim tersenyum dan menunjukkan 2 buah permen, ia membuka
bungkus permen yg pertama dan membiarkan permen yg kedua tertutup
bungkusnya tiba2 dia melemparkan permen2 itu ke lantai yg sangat kotor.
Lelaki muslim bertanya: " Jika saya meminta anda untuk mengambil satu permen,maka permen mana yg akan anda pilih?"
Lekaki inggris spontan menjawab: "Tentu saja yg msh tertutup dg bungkusnya karena isinya tetap bersih dan tdk kotor.."
Dan Lelaki muslim berkata: " Begitulah cara kami orang muslim memperlakukan dan melihat perempuan dari golongan kami"
Semoga cerita di atas bisa menjadi penyejuk hati
sobat semua dan bisa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman :
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab : 59)
Lelaki inggris menjawab: "oh tentu tidak bisa! cuma orang2 tertentu saja yg bisa berjabat tangan dengan ratu."
Lelaki muslim tersenyum & berkata:" Wanita2 dari golongan kami(Kaum muslimin) adalah para ratu, & ratu tidak boleh berjabat tangan dengan pria sembarangan (yg bukan muhrimnya")
Lalu Lelaki inggris bertanya lagi, "Kenapa perempuan Islam menutupi tubuh dan rambut mereka?"
Lelaki muslim tersenyum dan menunjukkan 2 buah permen, ia membuka bungkus permen yg pertama dan membiarkan permen yg kedua tertutup bungkusnya tiba2 dia melemparkan permen2 itu ke lantai yg sangat kotor.
Lelaki muslim bertanya: " Jika saya meminta anda untuk mengambil satu permen,maka permen mana yg akan anda pilih?"
Lekaki inggris spontan menjawab: "Tentu saja yg msh tertutup dg bungkusnya karena isinya tetap bersih dan tdk kotor.."
Dan Lelaki muslim berkata: " Begitulah cara kami orang muslim memperlakukan dan melihat perempuan dari golongan kami"
Semoga cerita di atas bisa menjadi penyejuk hati sobat semua dan bisa meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT.
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin:
"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab : 59)
Kebenaran Bukan Diukur Dari Kebanyakan
Kamis, Agustus 02, 2012
No comments
“Katakanlah: ‘tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun
banyaknya yang buruk itu menarik hatimu. Maka bertakwalah kepada Allah
hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al-Maidah
[5]: 100)
Abdullah bin Mas’ud pernah berkata kepada para
sahabatnya, “Sesungguhnya kalian hidup di suatu zaman, di mana
kebenaranlah yang mengendalikan hawa nafsu. Namun, kelak akan ada suatu
zaman, di mana hawa nafsulah yang akan menguasai kebenaran.”
Wallahu a’lam, apakah yang beliau maksudkan adalah zaman seperti yang
kita alami hari ini, atau masih ada zaman yang lebih parah lagi. Saat di
mana hukum dan ajaran Islam menjadi asing bagi para penganutnya. Orang
yang berpegang teguh terhadap kebenaran justru dianggap nyleneh dan
ekstrim. Sebaliknya, para pecundang dianggap sebagai pahlawan, para
pengumbar nafsu dijadikan panutan.
Kebenaran menurut mereka
bukan lagi diukur dari apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT)
gariskan, tapi menurut kecenderungan orang kebanyakan. Keburukan adalah
segala yang dianggap buruk oleh umumnya orang. Yang halal adalah yang
dianggap halal oleh manusia. Yang haram adalah yang dianggap haram
menurut mereka. Begitupun dalam mengukur yang ma’ruf dan yang munkar.
Dan memang, umumnya manusia cenderung mengikuti arus besar yang
melingkupi hidupnya. Ke mana arus itu mengalir, kesitu pula ia akan
hanyut.
Banyak Tapi Sesat
Lewat ayat di atas, Allah
SWT mengingatkan orang yang berakal, agar tidak mengukur baik buruknya
sesuatu berdasarkan kecenderungan banyak orang.
Keburukan
tidaklah berubah menjadi kebaikan dengan alasan banyak penggemar.
Sesuatu yang haram juga tidak lantas boleh dianggap halal lantaran sudah
banyak yang melakukan. Pun sebaliknya, baik dan benar tidaklah berubah
statusnya menjadi buruk dikarenakan sedikitnya orang yang menjalankan.
Alangkah pentingnya ayat di atas dikumandangkan di zaman ini. Saat arus
kebanyakan menjadi ukuran kebenaran. Bahkan, menjadikan suara
kebanyakan sebagai parameter kebenaran itu telah menjadi ideologi dunia.
Ideologi ini direpresentasikan oleh paham demokrasi yang meletakkan
rakyat sebagai pemegang kedaulatan dalam segala aspek. Rakyat
(terbanyak) berhak menentukan halal dan haramnya suatu perkara semau
mereka. Ia adalah suatu paham yang mengukur kebenaran semata-mata dari
banyaknya suara. Semboyannya adalah vox populi vox dei, suara rakyat
adalah suara Tsuhan. Benarkah suara terbanyak adalah representasi dari
suara Allah SWT?
Bahkan, jika yang dimaksud dengan kalimat
“kebanyakan” adalah mayoritas manusia, maka tidak kita dapatkan dalam
al-Qur`an melainkan menunjukkan kualitas yang buruk. Seperti firman
Allah “dan kebanyakan mereka tidak berakal” atau firman-Nya “akan tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui”.
Kalimat “kebanyakan”
dalam al-Qur`an juga identik dengan cupetnya nalar, latah, gampang
terpengaruh, ceroboh, tidak berpikir secara jernih, mudah lalai dan
lengah, ikut arus, mudah terprovokasi dan mudah digiring opininya. Orang
“kebanyakan” adalah golongan yang tidak peka, tidak pandai mengambil
pelajaran dan tidak bersyukur kepada Allah SWT.
“Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (Al-Baqarah [2]: 243)
Lebih dari itu, Allah SWT mengingatkan bahwa membeo kepada orang
“kebanyakan”, berpotensi untuk terjerumus ke jurang kesesatan dan
kesalahan,
“Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang-orang yang
di muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” (
Al-An’am [6]: 116)
Yang Benar, Biasanya Sedikit
Jika
Allah SWT menghitung watak keburukan dengan kuantitas yang banyak,
sebaliknya terhadap kaum yang dipuji, beriman, taat dan bersyukur,
biasanya Allah SWT mensifatkannya dengan “qalil” (sedikit).
“…Dan tidak beriman kepada Nuh itu kecuali sedikit saja.” (Huud [11]: 40)
“…Tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.” (Al-Kahfi [18]: 22)
“…Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan amat sedikitlah mereka ini.” (Shaad [38]: 24)
Kuantitas yang sedikit dari orang-orang yang lurus dan benar dapat kita
lihat dari banyaknya ayat yang menyebutkan golongan tersebut dalam
bentuk perkecualian. Seperti “…kecuali orang-orang yang beriman dan
beramal saleh serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran”,
juga “..kecuali orang yang shalat, yang rutin dalam shalatnya”, atau
firman Allah “…kecuali orang-orang yang bertakwa” dan sebagainya.
Jadi, kita maklumi bahwa sesuatu yang dikecualikan lebih sedikit dari jumlah keseluruhannya.
Parameter Kebenaran
Begitulah, suara kebanyakan bukanlah patokan suatu kebenaran. Pendapat
mayoritas rakyat bukan pula jaminan kebaikan. Bahkan sangat mungkin yang
terjadi adalah sebaliknya. Suara rakyat bukanlah suara Tuhan, boleh
jadi “suara rakyat adalah suara setan,” terutama di saat kerusakan,
kesesatan dan kemaksiatan telah menjadi mental “kebanyakan.”
Betapapun masing-masing orang maupun kelompok mengklaim bahwa kebenaran
berada di pihaknya, atau apa yang diperjuangkan adalah kebenaran adanya,
yang pasti bahwa kebenaran hakiki diukur dari kesesuaiannya dengan apa
yang telah digariskan dan ditetapkan hukumnya oleh AllahSWT.
“Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Rabbmu, sebab itu
janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang ragu.” ( Yunus
[10]: 94 )
Apa-apa yang disyariatkan oleh Allah SWT pasti benar
dan adil, kendati kebanyakan manusia menolak dan menentangnya.
Sebaliknya, apapun yang bertentangan dan tidak sejalan dengan apa-apa
yang Allah SWT gariskan, ia adalah kesesatan. Kendati dipoles dengan
gaya bahasa yang memikat, mendapat dukungan mayoritas rakyat, umum
dilakukan masyarakat dan digembar-gemborkan oleh para pejabat. Banyaknya
konsumen dan pelaku sesuatu yang haram, juga tidak mampu mengubah
status keburukan menjadi kebaikan, atau kebusukan menjadi nilai
kebagusan.
Orang yang berakal akan senantiasa menempuh jalan
yang benar, meski jalan itu sepi dan lengang dari teman. Dan ia tetap
konsisten pada kebenaran, saat kebenaran disambut oleh kebanyakan orang.
Sikapnya tak akan berubah, karena kesetiaannya adalah pada kebenaran,
bukan pada kebanyakan. Ia akan mengalir dan berputar kemanapun kebenaran
itu mengalir dan berputar. Inilah kunci kebahagiaan dan kesuksesan.
Karena itulah, Allah SWT menutup ayat itu dengan, “Maka bertakwalah
kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.”
Konsisten kepada kebenaran kapan pun dan di mana pun adalah realisasi
takwa, sedangkan takwa adalah kunci tercapainya keberuntungan
(al-falah). Syaikh Muhammad bin Shalih al-Ustaimin berkata, makna
al-falah adalah tercapainya tujuan dan terhindar dari sesuatu yang
dikhawatirkan. Kata ini juga mencakup kebahagiaan atau kesuksesan di
dunia maupun akhirat.
Nah, jika kita ingin sukses berarti siap
menyertai kebenaran di saat sepi dan dalam keramaian. Siap untuk
terasing, tapi juga siap berbaur dengan orang kebanyakan, selagi
kebenaran berada di pihak mereka. Wallahu a’lam bishawab.
Goresan
Kamis, Agustus 02, 2012
No comments
Sahabat
Realita Tersembunyi
Gema Pembebasan
- Semangat Sahabat Ku
- Ayah Aku Ingin Bicara
- Sosok Jiwa Yang Tertidur Hidup Dalam Mimipi
- Bagaimanakah Perempuan di Otak Lelaki?
- Catatan Terakhir (Lirik:Thufail Al Ghifari)
- Bersama Taklukan Masalah
- Universitas Kehidupan
- Rimba Afrika
- Alasan Apa Aku Mencintaimu?
- Tiga Masa Dalam Hidup
- Menghargai Itu Indah
- Nasehat Kesalahan
- Berkata Jujur Membuat Kita Cerdas
- Ikhlas dan Sabar
- Jangan Terlihat dan Jangan Mendengar
- Untuk Saudaraku Yang Masih Dalam Penantian
- Tutupilah Auratmu
- Jarang Dilihat
- Santai Sob, Jodohmu Nggak Akan Ketukar
- Yakin Dialah Yang Terbaik Buatmu
Realita Tersembunyi
- Bukan Hari Kasih Sayang, Kasihan Dech lu..!!!(Valentine's Day)
- Sejarah Facebook
- Pesan Seorang Wartawan Asal AS, Untuk para Muslimah
Gema Pembebasan
- Pelajaran Bagi Indonesia
- Prestasi Semu Pertumbuhan Ekonomi
- Antara Iran, Cina, Amerika dan Masa Depan Dunia
- Pengaruh Hedonisme
- Transformasi Gerakan Mahasiswa
- Senjata Kaum Tertindas
- HAM Barat dan Toleransi Yang Tidak Adil
- Sejarah Palestina dan Zionis Israel
- Bubarkan Partai Politik, karena Tidak Memihak Kepada Rakyat
- Sogok dan Suap Menjadi Agama Baru di Indonesia
- Jangan Terlihat dan Jangan Mendengar
- Kami Takan Menyerah di Gaza Malam Ini
- Goresan Luka Yang Diberi Oleh Penghianat
Selasa, 24 Juli 2012
Pesan Seorang Wartawan Asal AS, Kepada para Muslimah: Kami Iri Pada Kalian
Selasa, Juli 24, 2012
No comments
Joana Francis adalah seorang penulis dan wartawan asal AS. Dalam
situs Crescent and the Cross, perempuan yang menganut agama Kristen itu
menuliskan ungkapan hatinya tentang kekagumannya pada
perempuan-perempuan Muslim di Libanon saat negara itu diserang oleh
Israel dalam perang tahun 2006 lalu.
Apa yang ditulis Francis, meski ditujukan pada para Muslimah di
Libanon, bisa menjadi cermin dan semangat bagi para Muslimah dimanapun
untuk bangga akan identitasnya menjadi seorang perempuan Muslim, apalagi
di tengah kehidupan modern dan derasnya pengaruh budaya Barat yang bisa
melemahkan keyakinan dan keteguhan seorang Muslimah untuk tetap
mengikuti cara-cara hidup yang diajarkan Islam.
Karena di luar sana, banyak kaum perempuan lain yang iri melihat
kehidupan dan kepribadian para perempuan Muslim yang masih teguh
memegang ajaran-ajaran agamanya. Inilah ungkapan kekaguman Francis
sekaligus pesan yang disampaikannya untuk perempuan-perempuan Muslim
dalam tulisannya bertajuk “Kepada Saudariku Para Muslimah”;
Ditengah serangan Israel ke Libanon dan “perang melawan teror” yang
dipropagandakan Zionis, dunia Islam kini menjadi pusat perhatian di
setiap rumah di AS.
Aku menyaksikan pembantaian, kematian dan kehancuran yang menimpa
rakyat Libanon, tapi aku juga melihat sesuatu yang lain; Aku melihat
kalian (para muslimah). Aku menyaksikan perempuan-perempuan yang membawa
bayi atau anak-anak yang mengelilingin mereka. Aku menyaksikan bahwa
meski mereka mengenakan pakaian yang sederhana, kecantikan mereka tetap
terpancar dan kecantikan itu bukan sekedar kecantikan fisik semata.
\
Aku merasakan sesuatu yang aneh dalam diriku; aku merasa iri. Aku
merasa gundah melihat kengerian dan kejahatan perang yang dialami rakyat
Libanon, mereka menjadi target musuh bersama kita. Tapi aku tidak bisa
memungkiri kekagumanku melihat ketegaran, kecantikan, kesopanan dan yang
paling penting kebahagian yang tetap terpancar dari wajah kalian.
Kelihatannya aneh, tapi itulah yang terjadi padaku, bahkan di tengah
serangan bom yang terus menerus, kalian tetap terlihat lebih bahagia
dari kami ( perempuan AS) di sini karena kalian menjalani kehidupan yang
alamiah sebagai perempuan. Di Barat, kaum perempuan juga menjalami
kehidupan seperti itu sampai era tahun 1960-an, lalu kami juga
dibombardir dengan musuh yang sama. Hanya saja, kami tidak dibombardir
dengan amunisi, tapi oleh tipu muslihat dan korupsi moral.
Perangkap Setan
Mereka membombardir kami, rakyat Amerika dari Hollywood dan bukan dari jet-jet tempur atau tank-tank buatan Amerika.
Mereka juga ingin membombardir kalian dengan cara yang sama, setelah
mereka menghancurkan infrastruktur negara kalian. Aku tidak ingin ini
terjadi pada kalian. Kalian akan direndahkan seperti yang kami alami.
Kalian dapat menghinda dari bombardir semacam itu jika kalian mau
mendengarkan sebagian dari kami yang telah menjadi korban serius dari
pengaruh jahat mereka.
Apa yang kalian lihat dan keluar dari Hollywood adalah sebuah paket
kebohongan dan penyimpangan realitas. Hollywood menampilkan seks bebas
sebagai sebuah bentuk rekreasi yang tidak berbahaya karena tujuan mereka
sebenarnya adalah menghancurkan nilai-nilai moral di masyarakat melalui
program-program beracun mereka. Aku mohon kalian untuk tidak minum
racun mereka.
Karena begitu kalian mengkonsumsi racun-racun itu, tidak ada obat
penawarnya. Kalian mungkin bisa sembuh sebagian, tapi kalian tidak akan
pernah menjadi orang yang sama. Jadi, lebih baik kalian menghindarinya
sama sekali daripada nanti harus menyembuhkan kerusakan yang diakibatkan
oleh racun-racun itu.
Mereka akan menggoda kalian dengan film dan video-video musik yang
merangsang, memberi gambaran palsu bahwa kaum perempuan di AS senang,
puas dan bangga berpakaian seperti pelacur serta nyaman hidup tanpa
keluarga. Percayalah, sebagian besar dari kami tidak bahagia.
Jutaan kaum perempuan Barat bergantung pada obat-obatan anti-depresi,
membenci pekerjaan mereka dan menangis sepanjang malam karena perilaku
kaum lelaki yang mengungkapkan cinta, tapi kemudian dengan rakus
memanfaatkan mereka lalu pergi begitu saja. Orang-orang seperti di
Hollywood hanya ingin menghancurkan keluarga dan meyakinkan kaum
perempuan agar mau tidak punya banyak anak.
Mereka mempengaruhi dengan cara menampilkan perkawinan sebagai bentuk
perbudakan, menjadi seorang ibu adalah sebuah kutukan, menjalani
kehidupan yang fitri dan sederhana adalah sesuatu yang usang.
Orang-orang seperti itu menginginkan kalian merendahkan diri kalian
sendiri dan kehilangan imam. Ibarat ular yang menggoda Adam dan Hawa
agar memakan buah terlarang. Mereka tidak menggigit tapi mempengaruhi
pikiran kalian.
Aku melihat para Muslimah seperti batu permata yang berharga, emas
murni dan mutiara yang tak ternilai harganya. Alkitab juga sebenarnya
mengajarkan agar kaum perempuan menjaga kesuciannya, tapi banyak kaum
perempuan di Barat yang telah tertipu.
Model pakaian yang dibuat para perancang Barat dibuat untuk mencoba
meyakinkan kalian bahwa asset kalian yang paling berharga adalah
seksualitas. Tapi gaun dan kerudung yang dikenakan para perempuan Muslim
lebih “seksi” daripada model pakaian Barat, karena busana itu
menyelubungi kalian sehingga terlihat seperti sebuah “misteri” dan
menunjukkan harga diri serta kepercayaan diri para muslimah.
Seksualiatas seorang perempuan harus dijaga dari mata orang-orang
yang tidak layak, karena hal itu hanya akan diberikan pada laki-laki
yang mencintai dan menghormati perempuan, dan cukup pantas untuk menikah
dengan kalian. Dan karena lelaki di kalangan Muslim adalah lelaki yang
bersikap jantan, mereka berhak mendapatkan yang terbaik dari kaum
perempuannya.
Tidak seperti lelaki kami di Barat, mereka tidak kenal nilai sebuah
mutiara yang berharga, mereka lebih memilih kilau berlian imitasi
sebagai gantinya dan pada akhirnya bertujuan untuk membuangnya juga.
Modal yang paling berharga dari para muslimah adalah kecantikan batin
kalian, keluguan dan segala sesuatu yang membentuk diri kalian. Tapi
saya perhatikan banyak juga muslimah yang mencoba mendobrak batas dan
berusaha menjadi seperti kaum perempuan di Barat, meski mereka
mengenakan kerudung.
Mengapa kalian ingin meniru perempuan-perempuan yang telah menyesal
atau akan menyesal, yang telah kehilangan hal-hal paling berharga dalam
hidupnya? Tidak ada kompensasi atas kehilangan itu. Perempuan-perempuan
Muslim adalah berlian tanpa cacat. Jangan biarkan hal demikian menipu
kalian, untuk menjadi berlian imitasi. Karena semua yang kalian lihat di
majalah mode dan televisi.
Barat adalah dusta, perangkap setan, emas
palsu.
Kami Butuh Kalian, Wahai Para Muslimah !
Aku akan memberitahukan sebuah rahasia kecil, sekiranya kalian masih penasaran; bahwa seks sebelum menikah sama sekali tidak ada hebatnya.
Aku akan memberitahukan sebuah rahasia kecil, sekiranya kalian masih penasaran; bahwa seks sebelum menikah sama sekali tidak ada hebatnya.
Kami menyerahkan tubuh kami pada orang kami cintai, percaya bahwa itu
adalah cara untuk membuat orang itu mencintai kami dan akan menikah
dengan kami, seperti yang sering kalian lihat di televisi. Tapi
sesungguhnya hal itu sangat tidak menyenangkan, karena tidak ada jaminan
akan adanya perkawinan atau orang itu akan selalu bersama kita.
Itu adalah sebuah Ironi! Sampah dan hanya akan membuat kita menyesal.
Karena hanya perempuan yang mampu memahami hati perempuan. Sesungguhnya
perempuan dimana saja sama, tidak peduli apa latar belakang ras,
kebangsaan atau agamanya.
Perasaan seorang perempuan dimana-mana sama. Ingin memiliki sebuah
keluarga dan memberikan kenyamanan serta kekuatan pada orang-orang yang
mereka cintai. Tapi kami, perempuan Amerika, sudah tertipu dan percaya
bahwa kebahagiaan itu ketika kami memiliki karir dalam pekerjaan,
memiliki rumah sendiri dan hidup sendirian, bebas bercinta dengan siapa
saja yang disukai.
Sejatinya, itu bukanlah kebebasan, bukan cinta. Hanya dalam sebuah
ikatan perkawinan yang bahagialah, hati dan tubuh seorang perempuan
merasa aman untuk mencintai.
Dosa tidak akan memberikan kenikmatan, tapi akan selalu menipu
kalian. Meski saya sudah memulihkan kehormatan saya, tetap tidak
tergantikan seperti kehormatan saya semula.
Kami, perempuan di Barat telah dicuci otak dan masuk dalam pemikiran
bahwa kalian, perempuan Muslim adalah kaum perempuan yang tertindas.
Padahal kamilah yang benar-benar tertindas, menjadi budak mode yang
merendahkan diri kami, terlalu resah dengan berat badan kami, mengemis
cinta dari orang-orang yang tidak bersikap dewasa.
Jauh di dalam lubuk hati kami, kami sadar telah tertipu dan diam-diam
kami mengagumi para perempuan Muslim meski sebagaian dari kami tidak
mau mengakuinya. Tolong, jangan memandang rendah kami atau berpikir
bahwa kami menyukai semua itu. Karena hal itu tidak sepenuhnya kesalahan
kami.
Sebagian besar anak-anak di Barat, hidup tanpa orang tua atau hanya
satu punya orang tua saja ketika mereka masih membutuhkan bimbingan dan
kasih sayang. Keuarga-keluarga di Barat banyak yang hancur dan kalian
tahu siapa dibalik semua kehancuran ini. Oleh sebab itu, jangan sampai
tertipu saudari muslimahku, jangan biarkan budaya semacam itu
mempengaruhi kalian.
Tetaplah menjaga kesucian dan kemurnian. Kami kaum perempuan
Kristiani perlu melihat bagaimana kehidupan seorang perempuan
seharusnya. Kami membutuhkan kalian, para Muslimah, sebagai contoh bagi
kehidupan kami, karena kami telah tersesat. Berpegang teguhlah pada
kemurnian kalian sebagai Muslimah dan berhati-hatilah !. [ln/iol,
EraMuslim]
Rep: http://www.rinduallah.com
Langganan:
Postingan (Atom)