Negeri yang kehilangan moralitas. HAM dan Demokrasi menjadi berhala yang
dijunjung tinggi. Hak asasi apa yang kalian tawarkan, kebebasan apa yang
kalian anggap solusi, semua itu sudah tertera
pada Al-qur'an dan As sunnah sebagai pedoman hidup.
Jika hanya
mengikuti akal ketololan kalian, maka tidak ada lagi batas antara
keburukan dan kebaikan, semuanya dianggap sama. Sudut-sudut diskusi pun
tak berarti, para wakil rakyat dilumuti dusta dipenuhi janji manis yang
selalu diingkari.
Semua komitmen masing-masing calon pemimpin mulai dari
semua lapisan jabatan tak ada yang dapat dibuktikan. Pemimpin yang
harus mengajak rakyatnya pada kebenaran, menjadi teladan yang patut
dicontohi tapi malah menutup diri melihat rakyatnya diinjak oleh sepatu
kemiskin, dililit oleh tali pengangguran.
Ini adalah realita bukan
isapan jempol belaka. Keyakinan agama yang menjadi landasan hidup sejak
lahir hingga dewasa, tergadaikan oleh sistem, mata hati membuta.
Sehingga kerancuan pada nilai-nilai hidup semakin bertambah dan tak ada
perbaikan. Setiap kebijakan maupun keputusan yang diambil sang pemimpin
tidak lagi berdasarkan prinsip eksistensi dirinya.
Kita sudah merdeka
puluhan tahun, kenapa masi juga diatur-atur oleh pihak lain. Terutama
mereka zionis dan sekutunya Amerika, mereka bukanlah sahabat yang harus
didengar. Mereka adalah musuh yang harus dihindari biar perlu
diasingkan. Mereka bukanlah pahlwan yang harus dibanggakan namun
penjajah nyata yang harus mutlak diperangi.
Akhirnya apa yang terrjadi
jika lawan dianggap teman, jika penjajah dianggap pahlawan. Keadilan,
kesejahteraan, keamanan, martabat, tak mampu diwujudkan, hanya sebatas kosa kata tanpa arti
dan tindakan.
Kita hanya bisa berdo'a dan berusaha dalam setiap detik
yang terlewati agar ada perbaikan walaupun kecil, jika tidak maka
tunggulah kehancuran akan menyapa kita, bukan hari ini lihatlah
kedepannya nanti.
#Go to Revolusi-Khilafah (Leuly)
#Go to Revolusi-Khilafah (Leuly)
0 komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar Anda