Dengan berupaya menjadi orang baik dan melakukan yang terbaik, maka kebaikan itu akan selalu ada disekitar kita. Sehingga tak perlu kesempurnaan untuk bisa berbahagia. Karena bahagia sesungguhnya adalah ketika kita melihat apapun secara sempurna.

Senin, 25 Maret 2013

Aku Tetap Aku

Sok peduli, teriakan kalian menyampaikan aspirasi rakyat mulai dari jalanan hingga ke kolom-kolom media sosial. Ujung-ujungnya munafik, membela rakyat untuk kepentingan pribadi.

Ketika itu ada yang mengatakan kepadaku, 'kamu itu radikal, intoleran, fundamental'.
Saya tak mengerti ketiga bahasa itu, bahasa itu seakan-akan kehilangan keseimbangan dan makna karena hanya ditujukan pada sekelompok orang tertentu. Ku tak akan yakin, hingga tindakan yang mewakili perkataan itu.

Aku berbeda, kehadiranku tak mengharapkan pujian, keberadaanku bukan untuk mengemis simpati, aku tidak menyembah popularitas. Aku tetap aku, jika kamu mengenaliku janganlah mengingat kebaikanku simpanlah untukmu.
Banyak pertanyaan hadir bersama realita yang ada, tapi semua itu tak ada yang bertanggungjawab untuk menjelaskannya.

Saat kita duduk bersama, melihat pergeseran nilai-nilai kebenaran itu. Seolah-olah ini adalah sebuah mimpi tapi kemudian realita memabantahnya. Tak ada lagi alasan untuk mengatakan itu hayalan.

Senyuman yang kalian lihat, naluri mengatakan dia baik-baik saja.
Tapi itu adalah bahasa universal untuk kalian mengerti,
bahwa perjuangan hidup yang dia jalani
tak semudah senyuman yang dia berikan.
Merangkum semua derita, dan berakhir dengan kebahagiaan.

Kalian datang mengajakku, menyapaku untuk berbagi dalam indahnya perbedaan kita.
Itu semua akan menjadi cerita yang penuh warna, mewarnai kehidupan kita semua.

Telah ku hapuskan kata penyesalan itu dari kehidupanku.
Setiap kegagalan menjadi hasil dari sebuah usaha, ku tetap menghargainya.
Menjiwai rasa optimis, untuk bangkit dan berjuang hingga setiap impian itu dapat terwujud.

Pilhan, prinsip, perubahan.
Pilihan jelas ada, prinsip tetap utuh, perubahan untuk melengkapi keduanya.

Sabtu, 23 Maret 2013

Menembus Keterbatasan

Kemarin aku seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa, selain sapaan kata 'ibu' dan 'ayah'. Aku tak mengenal siapa-siapa waktu itu, hanya mereka berdua yang pertama aku temui dan ku ingat dalam hidupku.

Saat itu, mereka mendidik ku dengan nilai-nialai kebenaran, dengan harapan agar aku tumbuh besar menjadi orang yang baik dan bermanfaat. Kasih sayang yang mereka berikan kepadaku begitu tulus serta merawatku penuh cinta, tak ada keluhan sekecilpun yang terlihat diraut wajah meraka, 'ibu' dan 'ayah'.

Pengorbanan yang begitu besar, waktu, tenaga, dan pikiran, mereka lakukan untuk kebahagiaan anaknya kelak. Ku tak paham bahasa apapun, kecuali suara yang ku dengar dari 'ibu' dan 'ayah'. Sapaan lembut seorang ibu kepada anaknya yang tak ku mengeti, namun ku rasakan kasih sayang itu terdengar oleh suaaranya .
Hingga saat inipun aku masih bisa merasakannya.

Semuanya telah berlalu kenangan-kenangan itu, bersama kepergiaan ayah dari hidup ku untuk selamanya. Duka cita mewarnai kehidupan ku bersama ibu, adik, kakak dan saudara-suadaraku yang lain. Sang Pencipta telah memanggilnya untuk kembali, namun wajah ayah tak pernah sirna dari ingatanku atas dasar pengorbanan dan tanggungjawabnya.
Linangan air mata, tangisan, kehilangan, hanya itu yang ku rasa.

Langkah tertatih-tatih, pandangan ku suram akan masa depanku sendiri. Entah darimana biaya diperoleh untuk melanjutkan pendidikan ini. Aku tak ingin memberi beban kepada ibu dan saudara-saudara ku, karena aku tahu pendapatan merekapun hanya bisa mencukupi kehidupan sehari-hari.

"Ya Allah, cobaan apa lagi yang telah Engkau berikan kepada keluargaku", sebuah kalimat yang terlintas dalam pikiranku.

"Ya Allah, berikanlah petunjuk-Mu, dan kesabaran kepada kami agar senantiasa sujud dan patuh pada perintah-Mu".

Tak ada yang bisa ku lakukan, kecuali berdo'a dan berusaha untuk terus bertahan, melanjutkan hidup.Sampai aku mngerti aku bukan siapa-siapa untuk mengatur atau diatur, lalu aku membunuh ketakutan diperempatan jalan dan lebih yakin diri sendiri.

Sejatinya, aku mensyukuri setiap kisah dalam hidup ku, benar dan salahnya adalah pembelajaran, pembelajaran untuk lebih mengenal kefitrahan dan terus memperbaiki diri. Menjadi manusia yang sesungguhnya, manusia yang memaknai dan
bermakna.

“Aku mencintaimu, ayah…”
Hanya itu yang ingin aku bicarakan padamu
Tapi hingga kini hanya hatiku yang mampu bicara
Belum dengan lisanku
Ayah, aku ingin bicara…
Dan semoga kau mendengarnya…

Alhamdulillah, waktu terus berlalu lewati proses berpikir dan pengalaman yang didapat. Dan aku pun bisa keluar dari keterbatasan itu.

By Anakmu

Jumat, 22 Maret 2013

Pilihan Itu


Hidup itu perjuangan. Perjuangan yang tak pernah berakhir.
Di dalam harapan ada do'a dan usaha, yang akan menyelimuti semua itu adalah kesabaran. Selalu berusaha walau dalam keterbatasanku
Pelarian, bukan berarti menghindar. Ini bukan skedar pilihan tapi lebih daripada pilihan. Kondisi mengubah semuanya, waktu, pikiran, dan tenagaku.

Impian menggarisi cita-cita menuntutku untuk lalui semua ini.
Hanya perubahan yang terlintas dalam setiap langkahku.

Pada satu tema kemandirian, percaya pada kemampuan sendiri, menghargai setiap usaha. Menjadi baik, lebih baik, dan terbaik untuk masa yang akan datang.  Insya Allah itu akan tercapai #eaaa
Kesendirian membuat jiwa ini tenang, berpikir tak terhalang oleh keributan.
Inspirasipun mudah didapatkan, menembus batasan semu.

Merangkum semua cerita yang sudah terlewti, suka, duka, canda, tawa itu kenangan yang terindah. Sahabat...ku
Mengeluh hanya mengakui diri kita tak mampu mengubah keadaan yang ada
Satukan kata dan tindakan. Jangan membuat keduanya terpisah.

Sebijak-bijaknya ucapanku, akankah terlihat pada tindakanku sendiri?
Ku akui semua kekuranganku itu sebagai usaha untuk melengkapinya

Selasa, 05 Maret 2013

Baru ku tahu ...


Hanya bisa memberikan yang terbaik untukmu. Semoga itu bermanfaat.
Maaf jika kesalahan itu pernah mewarnai kebersamaan kita.
Menyapamu tak lebih hanya mengingatmu untuk selalu berbuat baik.
Diri ini yang penuh dengan kekurangan, tapi itu bukanlah alasan
untuk tidak memberi dan berbagi.

Maaf, semoga kelak kita akan bertemu pada dimensi yang berbeda. insya Allah.



:)


===========================================================================


Maaf sahabat, jika aku tak ada saat kau pergi. Kesibukan yang begitu menikam waktuku, tak ada yang bisa ku lakukan untukmu. Harapanku semoga cita-citamu tidak pernah surut dan kamu akan kembali. Semoga Allah selalu melindungi dirimu, menjagamu dan moga selamat sampai tujuan.

sampai jumpa kembali. :)