Dengan berupaya menjadi orang baik dan melakukan yang terbaik, maka kebaikan itu akan selalu ada disekitar kita. Sehingga tak perlu kesempurnaan untuk bisa berbahagia. Karena bahagia sesungguhnya adalah ketika kita melihat apapun secara sempurna.

Sabtu, 23 Maret 2013

Menembus Keterbatasan

Kemarin aku seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa, selain sapaan kata 'ibu' dan 'ayah'. Aku tak mengenal siapa-siapa waktu itu, hanya mereka berdua yang pertama aku temui dan ku ingat dalam hidupku.

Saat itu, mereka mendidik ku dengan nilai-nialai kebenaran, dengan harapan agar aku tumbuh besar menjadi orang yang baik dan bermanfaat. Kasih sayang yang mereka berikan kepadaku begitu tulus serta merawatku penuh cinta, tak ada keluhan sekecilpun yang terlihat diraut wajah meraka, 'ibu' dan 'ayah'.

Pengorbanan yang begitu besar, waktu, tenaga, dan pikiran, mereka lakukan untuk kebahagiaan anaknya kelak. Ku tak paham bahasa apapun, kecuali suara yang ku dengar dari 'ibu' dan 'ayah'. Sapaan lembut seorang ibu kepada anaknya yang tak ku mengeti, namun ku rasakan kasih sayang itu terdengar oleh suaaranya .
Hingga saat inipun aku masih bisa merasakannya.

Semuanya telah berlalu kenangan-kenangan itu, bersama kepergiaan ayah dari hidup ku untuk selamanya. Duka cita mewarnai kehidupan ku bersama ibu, adik, kakak dan saudara-suadaraku yang lain. Sang Pencipta telah memanggilnya untuk kembali, namun wajah ayah tak pernah sirna dari ingatanku atas dasar pengorbanan dan tanggungjawabnya.
Linangan air mata, tangisan, kehilangan, hanya itu yang ku rasa.

Langkah tertatih-tatih, pandangan ku suram akan masa depanku sendiri. Entah darimana biaya diperoleh untuk melanjutkan pendidikan ini. Aku tak ingin memberi beban kepada ibu dan saudara-saudara ku, karena aku tahu pendapatan merekapun hanya bisa mencukupi kehidupan sehari-hari.

"Ya Allah, cobaan apa lagi yang telah Engkau berikan kepada keluargaku", sebuah kalimat yang terlintas dalam pikiranku.

"Ya Allah, berikanlah petunjuk-Mu, dan kesabaran kepada kami agar senantiasa sujud dan patuh pada perintah-Mu".

Tak ada yang bisa ku lakukan, kecuali berdo'a dan berusaha untuk terus bertahan, melanjutkan hidup.Sampai aku mngerti aku bukan siapa-siapa untuk mengatur atau diatur, lalu aku membunuh ketakutan diperempatan jalan dan lebih yakin diri sendiri.

Sejatinya, aku mensyukuri setiap kisah dalam hidup ku, benar dan salahnya adalah pembelajaran, pembelajaran untuk lebih mengenal kefitrahan dan terus memperbaiki diri. Menjadi manusia yang sesungguhnya, manusia yang memaknai dan
bermakna.

“Aku mencintaimu, ayah…”
Hanya itu yang ingin aku bicarakan padamu
Tapi hingga kini hanya hatiku yang mampu bicara
Belum dengan lisanku
Ayah, aku ingin bicara…
Dan semoga kau mendengarnya…

Alhamdulillah, waktu terus berlalu lewati proses berpikir dan pengalaman yang didapat. Dan aku pun bisa keluar dari keterbatasan itu.

By Anakmu

1 komentar:

Berilah komentar Anda