Demokrasi (kebebasan) yang diimpi-impikan kini sirna ditelan zaman. Harapan aspirasi yang berpelukan bersama keluhan agar dapat didengar, nihil bagaikan petir di siang bolong yang menyambar tanaman petani. Tak ada hasil apa-apa, harapan kosong yang didapatkan.
Semua impian yang bertema keadilan, kesejahteraan, kemakmuran terasa hambar tak pernah tersentuh dalam sanubari. Hilanglah semua cita-cita yang berpadu dalam satu bingkai kekecewaan. Ingin rasanya hati ini memberontak meluapkan semua amarah atas realita yang pahit ini. Namun apa daya semuanya sia-sia, nurani yang selalu dijajah oleh sistem yang menikam waktu kita.
Hukum yang tangguh kini telah mandul karena Diproduksi setiap saat dan tak lagi mampu memberikan kelezatan untuk setiap masalah yang melilit semua lapisan sudut kehidupan. Cacat, pincang tak bermakna. Sarang laba-laba yang begitu lemah, menyerah pada serangga yang besar, namun kuat mendekap serangga yang kecil, itulah cerminan singkat bayangan hukum itu sendiri. Rasa malu ku untuk hukum pinggiran yang menjadi sampah tak lagi bernilai.
"Semua hembusan nafas demokrasi bermuara deras pada telaga yang angker"
"Semua hembusan nafas demokrasi bermuara deras pada telaga yang angker"
0 komentar:
Posting Komentar
Berilah komentar Anda